Minggu, 26 Februari 2017

SIAPA BILANG PETERNAK NGGA BISA KAYA RAYA?


SIAPA BILANG PETERNAK NGGA BISA KAYA RAYA?

Oleh Abdurrahman Arraushany*

Banyak masyarakat Indonesia yang masih memandang sebelah mata terhadap profesi peternak dan prospek usaha dan bisnis peternakan. Hatta, di kalangan peternak itu sendiri. Oleh karenanya, banyak orangtua yang kemudian berpesan kepada anak-anaknya seperti pesan yang disampaikan Ayah Miskin dalam Buku Rich Dad Poor Dad yang ditulis Robert T.Kiyosaki, “Nak, belajarlah yang rajin. Raih prestasi yang tinggi. Masukilah dunia kerja dan jadilah pekerja yang baik.” Jika kalimat itu saya teruskan, jadinya begini, “Jangan seperti bapak-emakmu yang seorang petani miskin.” 

MENJADI PETERNAK KAYA ADALAH PILIHAN

Mari kita lakukan survey. Jika Anda tinggal di desa atau pernah tinggal di desa, lihatlah tetangga kanan-kiri Anda. Siapa mereka dan apa profesi mereka yang tergolong kaya (raya), kelas menengah, dan golongan miskin (papa)? Tak perlu doktor atau profesor yang melakukan penelitian dan mengambil kesimpulan. Anda pun bisa. Hasilnya? Golongan miskin (papa) mayoritas – jika tidak dibilang semuanya – adalah para petani (dan peternak). Jika ngga percaya pinjam KTP mereka. Di kolom pekerjaan tertera: petani.

Saya sendiri dulu juga berpikiran begitu. Namun setelah saya menjadi mahasiswa peternakan dan lulus sebagai sarjana peternakan, pernah melakukan magang, kunjungan dan bekerja di perusahaan peternakan (beragam komoditas seperti domba, kambing, sapi potong, sapi perah, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik dan ayam asli/lokal nusantara) maka saya kemudian merubah pikiran dan sikap saya: bahwa PROFESI PETERNAK LAYAK DIPILIH dan prospek USAHA DAN BISNIS PETERNAKAN SANGAT MENJANJIKAN.

Tapi kenapa peternak di negeri ini kebanyakan hidup dalam kondisi memprihatinkan? Tak mudah menjawabnya memang. Namun jika kita mau jujur, dan melakukan analisa akar masalahnya dan mencari solusinya, maka akan kita dapatkan hal berikut:
1.      kebanyakan peternak kita masih belum memiliki kecerdasan skolastik (breeding, feeding, dan manajemen), komunikasi (dalam bidang pemasaran produk dan jasa) dan finansial (bagaimana mengelola arus kas keuangan) secara memadai
2.      Populasi ternak yang dipelihara sangat minim
3.      Keterbatasan modal
4.      Keterbatasan lahan
5.      Lemahnya kontrol masyarakat terhadap hal-hal yang bisa mendatangkan bahaya dan ancaman terhadap usaha dan bisnis peternakan
6.      Peran negara yang belum optimal (dalam bidang pembinaan, penyediaan dana, penyebaran informasi teknologi tepat guna, importasi ternak dan produk olahannya, dll)

Karena problematika yang menghinggapi peternak dan dunia peternakan banyak sekali dan seolah sudah menjadi benang kusut yang sulit diurai, maka dari itu siapapun kita yang PEDULI dengan peternak dan dunia peternakan WAJIB menawarkan solusi atasnya.

Problem yang dihadapi peternak dan dunia peternakan membutuhkan solusi. Lantas, bagaimana methode untuk merubah kondisi sekarang yang bermasalah ini menjadi lebih baik?

Methode berikut barangkali bisa dijadikan alternatif. Pertama, kita bisa mulai dari diri kita sendiri. Jadikan diri kita seorang peternak. Bukan peternak biasa, tetapi peternak luar biasa (extra ordinary). Yakni dengan menanamkan pada diri kita pemahaman yang benar akan peternak dan peternakan. Kemudian, kita berupaya meningkatkan kecerdasan skolastik, komunikasi dan finansial secara berkala.

Kedua, kita mengajak orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama untuk bergerak menuju kebangkitan dan kemajuan peternak dan dunia peternakan. Kita terus menerus melakukan sosialisasi agar gaung ‘peternak sejahtera dan dunia peternakan bahagia’ menjadi opini umum di masyarakat. Upaya ini bisa bisa dilakukan dengan memanfaatkan forum diskusi, medsos, teve, radio, koran, buletin, majalah, dlsb.

Ketiga, masing-masing kita bergerak di berbagai daerah untuk memberikan bukti bahwa populasi, produksi dan produktivitas ternak yang ada di Indonesia mencukupi kebutuhan protein asal ternak bagi masyarakat Indonesia yang lebih dari 250 juta perut yang harus dipenuhi. Setelah bukti itu ada maka kita bisa bersuara lantang bahwa tak ada alasan yang bisa kita terima jika PEMERINTAH MASIH MEMBUKA PELUANG IMPOR TERNAK DAN PRODUK OLAHANNYA dari luar negeri.

Urusan pangan memang urusan kita bersama. Jadi jika kita setiap hari – dan selalu begitu dalam kehidupan kita – mengkonsumsi pangan halal dan thayyib (daging, telur dan susu) sedangkan kita TIDAK MAU dan TIDAK MAMPU berproduksi sendiri di dalam negeri, maka jangan salahkan jika PEMERINTAH ngotot melakukan IMPOR TERNAK DAN PRODUK OLAHANNYA DARI LUAR NEGERI.

KOMODITAS APA YANG PALING MENGUNTUNGKAN?

Seringkali saya mendapat pertanyaan begini: “Saya ingin beternak. Ternak apakah yang paling menguntungkan?”

Jawaban saya simpel: TERNAK YANG PALING MENGUNTUNGKAN ADALAH TERNAK YANG DIPELIHARA DAN DIKELOLA DENGAN BAIK. Kemudian dijual kepada konsumen yang tepat, pada moment yang tepat dan lokasi yang tepat.

Jadi selama ternak tersebut hanya ada dalam wacana dan di atas kertas, dan tidak pernah kita miliki dan kita pelihara di padang penggembalaan atau di kandang karena kita tak pernah membelinya, maka sampai dunia kiamat pun ternak TIDAK AKAN PERNAH MENGUNTUNGKAN bagi kita.
Kita saat ini hidup di dalam sistem Kapitalisme-Sekularisme dengan sistem pemerintahan demokrasi dan ekonomi liberal. Jadi, ketika kita bicara UNTUNG dan KEUNTUNGAN maka yang dimaksud adalah keuntungan material (qimah madiyah), seperti duit, money, fulus, harta dan juga prestise. Betul atau tidak?

Saatnya beternak. Nah, komoditas apa yang MENGUNTUNGKAN untuk dipelihara? Berikut jawaban para peternak berbagai komoditas.

Bagi peternak ayam asli/lokal Nusantara, maka ia akan menjawab: Komoditas yang menguntungkan adalah PELIHARA AYAM ASLI/LOKAL NUSANTARA. Harga per ekor Ayam Bekisar (keturunan ayam hutan dan ayam kampung) bisa mencapai 1 juta-20 juta. Harga Ayam Ketawa dari Makassar bisa mencapai 40 juta rupiah. Harga Ayam Cemani bisa mencapai 5 juta-200 juta rupiah. Bahkan Ayam Bangkok bisa mencapai 250 juta-1,2 M.

Bagi Peternak Sapi potong, ia tentu akan bilang: Yang menguntungkan itu jika kita pelihara komoditas Sapi potong. Seekor Sapi Crossing LimousinxPO (LIMPO) dihargai 40-50 juta per ekor. Seekor sapi crossing SimmentalxPO (SIMPO) asal Pati-Jawa Tengah dihargai 75-80 juta rupiah. Sedangkan Sapi Sonok dan Sapi Kerap Madura per ekor bisa tembus harga 50-500 juta rupiah.

Bagi peternak dan penggemar burung, tentu ia akan tak mau kalah. Ia pun akan menjawab: Komoditas yang menguntungkan itu jika kita pelihara BURUNG. Harga Burung Murai Batu bisa mencapai 1-3 juta per ekor. Burung Cucak Rowo bisa mencapai harga 3-5 jutaan per ekor. Sedangan Burung Perkutut milik Haji Muhammad-Surabaya mampu tembus harga 0,75 M. Wow.

Bagi peternak kerbau, tentu ia akan bilang: Komoditas yang menguntungkan itu jika kita pelihara KERBAU. Harga kerbau bisa mencapai 5-25 juta per ekor. Di daerah sentra kerbau di Indonesia, seperti di Toraja-Sulsel lebih edan lagi. Seekor Kerbau Tedong Bonga biasa dijual dengan 2-3 kali lipat Mobil Fortuner atau sekitar 1,2-1,4 M.

Bagaimana suara peternak domba? Bagi peternak domba, ia pun akan bilang: Komoditas yang menguntungkan itu jika kita pelihara DOMBA. Seeekor pejantan Domba Ekor Gemuk Sapudi bisa mencapai harga 15-20 juta per ekor. Domba Garut bisa mencapai 40-60 juta per ekor. Sedangkan harga domba termahal di dunia yang pernah tercatat adalah semahal 3,8 Miliar, yakni Domba yang berasal dari Scotlandia milik Jimmy Douglas.

Bagi Peternak Sapi perah, ia tentu juga akan bilang: Komoditas yang menguntungkan itu jika kita pelihara sapi perah. Harga sapi perah FH (belang putih-hitam) bisa mencapai 20-40 juta per ekor. Tapi yang bikin ngiler, ada sapi asal Kanada yang memecahkan rekor sapi termahal di dunia yang dihargai sebesar 8 Miliar. Masyaallah.

Bagi Peternak kambing, ia pun akan angkat bicara tak mau kalah dengan yang lain. Ia pun akan berkata, “Komoditas yang menguntungkan itu jika kita pelihara KAMBING.” Kambing Peranakan Ettawa (PE) per ekor bisa mencapai 10-40 juta rupiah. Harga Kambing Boer dari Afrika bisa mencapai 5-20 juta per ekor. Sedangkan harga Kambing ‘perah’ Saanen bisa mencapai harga 10-50 juta per ekor. Nah, yang bikin kita geleng kepala ternyata ada kambing bernama Kambing Dolan dari Komunitas Muslim Uighur – China yang dihargai sebesar 20 M. Aje gile.

Dan………tahukah Anda rekor harga HEWAN TERNAK PALING MAHAL DI DUNIA dimiliki oleh hewan ternak apa? UNTA lah pemegang REKOR itu.

Jadi bagi peternak unta, ia TENTU SAJA JUGA AKAN BILANG: Komoditas yang PALING MENGUNTUNGKAN itu jika kita pelihara UNTA. Nah, berapa sih harga seekor unta? Unta jantan di Saudi milik Alian Rashid Al Tuhaimi yang dibeli Saleh Burrak Al Rashidi bisa mencapai harga Rp.25,5 M. Masyaallah.

Nah, bro/sis, memiliki seekor ternak dengan harga jutaan, ratusan juta bahkan miliaran rupiah seperti di atas tentu sangat membanggakan dan menyenangkan bagi kita. Apalagi memiliki belasan, ratusan bahkan ribuan ekor. PASTI BIKIN KITA TAJIR, KAN?

Jadi masih enggan jadi peternak dan menerjuni usaha dan bisnis peternakan nich?





======
*Abdurrahman Arraushany adalah nama pena dari Abdul Rohman, SPt (Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama di UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur).

(Artikel ini pernah dimuat di Website Fapet Unsoed => http://husbandrynews.com/siapa-bilang-peternak-ngga-bisa-kaya-raya pada 16/7/2016)

1 komentar:

  1. Agen Judi Online Deposit Linkaja

    » Bonus 100% Win Beruntun 8x, 9x, 10x (dapat di Klaim Setiap Hari)

    Menyediakan Permainan :
    ★ Judi Bola Online / Sportsbook
    ★ Sabung Ayam ( Wala / Meron )
    ★ Casino Live ( Player / Banker )
    ★ Slot online ( Mesin Jackpot )
    ★ Togel Online ( Toto Online )
    ★ Bola Tangkas ( Tangkasnet / 88Tangkas )
    ★ Tembak Ikan ( Fishing Hunter )
    ★ Poker Online
    ★ Domino
    ★ Dan Masih Banyak Lainnya.

    Kontak Resmi (Online 24 Jam Setiap Hari) :

    » Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
    » ID Telegram : @bolavitacc
    » ID Wechat : Bolavita
    » ID Line : cs_bolavita

    BalasHapus