Rabu, 15 Mei 2019

KAMBING KALOWANG SAPUDI, YAKIN NGGA MAU MINDAHIN KE FARM ANDA?


KAMBING KALOWANG-SAPUDI
Mengapa Kambing Ini Sebaiknya Segera Anda Boyong Ke FARM Anda  

Oleh Abdurrahman Arraushany*

Anda kemungkinan besar tahu bahwa Pulau Sapudi yang secara administrasi masuk ke wilayah Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur merupakan pulau yang dipenuhi keberkahan. Sepertinya, keberkahan tersebut muncul sebagai dampak dari proses Islamisasi masyarakat di Pulau Sapudi yang dilakukan oleh Sunan Wirokromo Blingi/Aryo Pulang Jiwo dan Sunan Wirobroto/Aryo Sepuh Dewe/Adi Podey yang berasal dari Kesultanan Islam Sumenep di sekitar abad 14 M silam.  

Keberkahan pulau tersebut sampai saat ini nampak pada banyak hal. Di antaranya:
1).Pulau Sapudi sejak dulu dikenal secara luas oleh masyarakat Madura dengan keunggulan Sapi Kerapnya. Adalah fakta bahwa Sapi Kerap yang berasal dari P.Sapudi sering menjuarai perlombaan, baik lomba yang diadakan di tingkat Kabupaten maupun di tingkat wilker (wilayah kerapan) se-Madura Raya. Sehingga, banyak pengerap sapi dari wilayah lainnya kemudian ‘mendaftarkan dan menyekolahkan’ sapinya ke Pulau Sapudi agar menjadi sapi kerap unggul.

2). Di Pulau Seluas 126,68 km2 yang terbagi ke dalam 2 kecamatan (Gayam dan Nonggunong) dan 18 desa, populasinya sapinya mencapai 49 rb ekor (Sumber: Disnak Kab Sumenep 2013). Padahal penduduknya hanya 45 ribu jiwa saja. Fakta ini menjadikan Sapudi sebagai pulau terpadat kedua di dunia yang didiami ternak sapi. Pulau Sapudi hanya kalah dengan salah satu pulau di Belanda sana. Wow.

3). Setiap pekan, tak kurang dari 500 ekor sapi keluar dari Pulau Sapudi. Hal ini sudah berlangsung puluhan tahun silam hingga sekarang. Mengapa sapinya ngga habis-habis? Kehebatan apakah yang dimiliki peternak di sana? Fakta ini jelas membuat kami penasaran. Mengingat ketersediaan pakan sangat terbatas yang disebabkan musim kemarau yang panjang dengan curah hujan yang sangat rendah serta temperatur yang lebih tinggi dibanding Madura daratan.

4). Pulau Sapudi menjadi sumber bibit Domba Unggul Kebanggaan Nusantara yang punya ciri khas berupa timbunan lemak (fat tail) pada ekornya. Domba unik yang mampu mencapai Average Daily Gain (ADG) 50-250 gram per ekor per hari ini di Tahun 2014 sudah ditetapkan oleh Kementan RI dengan sebutan Domba Sapudi.

5). Pada musim kemarau, di mana usaha pertanian tanaman pangan di lahan tegalan tak bisa diusahakan, kita bisa dengan mudah menjumpai Kambing Kacang dan Domba Sapudi yang sengaja dilepas oleh pemiliknya. Anehnya, kambing dan domba yang hanya makan rumput dan ranting kering justru memiliki performans yang jauh lebih baik dibanding musim penghujan di mana ternak tersebut dikandangkan dan dijamin pakannya oleh peternak

6). Di beberapa desa di Pulau Sapudi, terutama di Kecamatan Gayam, kita bisa menjumpai satu jenis kambing unggul asli/lokal Sapudi yang bisa menjadi pilihan alternatif bagi peternak di Nusantara, termasuk Anda, untuk memboyongnya ke farm. 

Secara fisik kambing tersebut badannya ngga beda jauh dengan Kambing Kacang. Bahkan mungkin lebih kecil dari Kambing Kacang. Namun, kambing ini menurut informasi dari peternak setempat mampu beranak lebih dari 3 ekor (bahkan ada yang melaporkan 6 ekor) per kelahiran. Masyaallah

Nah, karena kambing tersebut kali pertama kami ‘temukan’ di Desa Kalowang Kecamatan Gayam, maka kami mengusulkan agar kambing tersebut dilabel dengan nama: Kambing Kalowang. 

Kambing Kalowang di Desa Kalowang Kecamatan Gayam Pulau Sapudi (2014)
sumber: Dok.Pribadi

7). Di Pulau Sapudi banyak ditumbuhi pohon ajaib, yang oleh masyarakat setempat disebut Kajuh Berru. Alias Kayu Berru. Hebatnya, tanaman jenis dedaunan dengan kandungan protein kasar (PK) 14-16% ini tetap menghijau meski musim kemarau sekalipun. Bahkan pohon ini menjadi satu-satunya andalan peternak untuk penyediaan pakan hijau yang dicampur dengan hay pada musim kemarau panjang. 

Tanaman ini dulunya hanya dijumpai di Sapudi. Namun, saat ini sudah menyebar ke pulau sekitarnya, termasuk Pulau Madura. Tanaman ini juga bisa Anda lihat di BBIB Singosari Malang jika Anda berkunjung ke sana. 

Nah, fakta-fakta di atas, tak inginkah Anda mengunjungi Pulau Sapudi di suatu masa? 

Bayangkan. Apa yang akan terjadi jika Anda datang ke sana, mengunjungi beberapa situs dan peninggalan sejarah yang bermakna, dan ketika pulang Anda membawa serta Domba Sapudi super dengan lebar ekor lebih dari 25 cm, Kambing Kalowang unggul yang punya anak 6 ekor per kelahiran, dan juga bibit Pohon Berru (berupa stek) untuk kemudian dikembangbiakkan di farm Anda?  

Asal Usul dan Sebaran Kambing Kalowang

Apakah Anda masih ingat Kambing Costa/Kosta dan asal usulnya?

Di buku-buku seri peternakan terbitan lama yang membahas topik perkambing-dombaan (sekitar Tahun 1980-an, misalnya), banyak yang menyebut bahwa Kambing Costa ini merupakan kambing asli/lokal yang berasal dari Asia Barat Daya (baca: Timur Tengah) yang dibawa oleh Dai yang melaksanakan dakwah di Nusantara dan nyambi jadi pedagang. Tepatnya, berasal dari di wilayah Khurasan (Iran Modern). 

Kemudian, kambing-kambing tersebut tiba di Kesultanan Islam Banten dan beradaptasi dengan iklim setempat. Saat ini, sebaran Kambing Costa diklaim hanya ada di Provinsi Banten dan pinggiran Provinsi DKI Jakarta.

Laman BPTP Banten memberi informasi yang berbeda. Di laman resmi tersebut disebutkan bahwa Kambing Costa merupakan kambing hasil kawin silang antara kambing asli Indonesia/Nusantara (Baca: Kambing Kacang/Kambing Jawa) dengan Kambing Kashmir (dari India) yang terjadi ratusan tahun silam.   

Keunggulan Kambing Costa yang utama adalah memiliki sifat prolifik. Yaitu beranak lebih dari satu ekor setiap kelahiran. 

Adapun ciri khas Kambing Kosta meliputi:
1) Warna bulu coklat tua sampai hitam
2) Hidung rata (dan kadang ada yang melengkung)
3) Tanduk pendek
4) Bulu pendek
5)Di area hidung, sering dijumpai seperti garis berwarna putih atau cokelat atau hitam; yang membentuk alur segitiga, mulai dari mata hingga hidung


Kambing Costa yang ada di Banten dan Pinggiran Jakarta

Di Banten, kambing ini potensial sebagai ternak penghasil daging. Sehingga arah pengembangannya tidak hanya menjaga spesies saja (baca: konservasi SDGH), tetapi juga sebagai sumber pangan protein asal hewan (baca: daging dan susu).

Sifat adaptif Kambing Costa jelas sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya. Umur birahi pertama termasuk sangat cepat, yakni berkisar 5-7 bulan sejak dilahirkan. Karena umumnya diumbar, Kambing Costa kawin secara alami dengan pejantan yang ada di area gembala.

Kambing Costa betina bisa dikawinkan pada umur 6-8 bulan setelah dilahirkan dan bisa beranak pertama pada umur 11–14 bulan.

Kambing Costa mampu beranak lebih dari 10 kali (ada yang melaporkan bisa sampai 15 kali beranak). Sehingga seekor Kambing Costa betina dapat menghasilkan antara 24-45 anak per ekor induk selama masa produktifnya.  Dan hebatnya, angka kematian (mortalitas) cempe dari lahir hingga dewasa tubuh sangat rendah.

Nah, apa yang saya sampaikan barusan merupakan keterangan tentang Kambing Costa. 

Lalu, bagaimana dengan Kambing Kalowang? Apakah Kambing Kalowang sama dengan Kambing Costa? Jika sama, mengapa kambing ini ada di Pulau Sapudi? Sejak kapan kambing ini ada di Pulau Sapudi? Bagaimana dengan performans Kambing Kalowang di Sapudi? Apakah sama dengan Kambing Costa yang ada di Banten?

Hasil penggalian informasi secara terbatas yang penulis lakukan di Tahun 2014 silam, saat penulis dan team dari UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur melaksanakan pengukuran Sapi Madura di Pulau Sapudi untuk penerbitan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) dengan target 3.000 ekor, Kegiatan Penguatan Pembibitan Sapi di 3 Pulau dan 5 Kabupaten (3 P dan 5 K) yang menjadi Program Nasional (Pronas) Direktorat Perbibitan Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI saat itu, maka didapatkan info sebagai berikut:
    1. Kambing Kalowang sudah ada puluhan bahkan ratusan tahun di Pulau Sapudi. Peternak Kambing Kalowang memelihara kambing secara turun temurun dari orangtua, kakek, buyut dan generasi sebelumnya. 
    
    2. Diduga, Kambing Kalowang dibawa oleh dai utusan Khalifah dari Negara Khilafah Utsmaniyah (abad 14 M) yang berpusat di Turki, yang kemudian melakukan dakwah di Nusantara dan memberi hadiah – atau kambing sengaja dilepas untuk mencari pakan – ke Kesultanan Islam di Nusantara. 

     Dari 40 lebih Kesultanan Islam yang ada di Nusantara yang mungkin semuanya dilakukan penyebaran Kambing Costa, sepertinya Kambing Costa ini mampu bertahan dan beradaptasi dengan baik hanya ada di Kesultanan Islam Banten dan Kesultanan Islam Songenep/Sumenep.

    3. Kambing Kalowang disukai peternak karena sifatnya yang penurut dan jinak

4  4. Litter size (jumlah anak sekelahiran) lebih dari 3 ekor (bahkan dilaporkan ada banyak induk yang melahirkan 6 ekor cempe per kelahiran)

   5. Disebabkan produksi susu induk yang relatif rendah, peternak justru tidak menyukai induk yang beranak lebih dari 2 ekor. Katanya sangat merepotkan peternak. Selain itu, cempe yang tak mendapat kolostrum dan ASI (air susu induk) secara cukup (baca: 0,5 liter per ekor per hari) sampai usia sapih (3 bulan), sering mati.    

6 Adapun ciri khas Kambing Kalowang sebagai berikut:
    1. W arna tubuh coklat atau abu-abu
-     2. Warna tubuh bagian perut, leher, dan kaki bagian bawah cerah (umumnya berwarna putih)
   3. Pada muka, ada garis berwarna hitam atau putih dan membentuk segitiga, dimulai dari bawah mata hingga hidung
    4.Badan hampir sama dengan Kambing Kacang. Kadang lebih kecil
    5. Muka/hidung rata
    6. Garis belut hitam mulai dari leher hingga ujung ekor
    7. Bentuk ambing dan putting sangat baik sebagai tipe perah
    8. Jika dilihat dari atas, tubuh membentuk segitiga dari depan ke belakang. Bentuk ideal ternak perah

Di Tahun 2014, selain bisa dijumpai di Desa Kalowang, Kambing Kalowang juga bisa ditemui di Desa Gayam dan Desa Prambanan serta desa-desa lainnya di Kecamatan Gayam. Sedangkan di Kecamatan Nonggunong Pulau Sapudi, kami hampir tak menjumpainya. 

Populasi di Pulau Sapudi saat itu diperkirakan lebih dari 600-an ekor.

Kemudian, pasca pelaksanaan tugas pengukuran selama 3 bulan dan dilakukan penerbitan SKLB Sapi Madura di Pulau Sapudi (sapi yang terukur sebanyak 2211 ekor dan sebesar 17% sapi yang terukur memenuhi SNI Sapi Madura), kami kembali ke Pamekasan. 

Anehnya, kami menjadi lebih aware terhadap Kambing Kalowang ini. Secara tak disengaja, kami menjadi lebih mudah menjumpai Kambing Kalowang ini di daerah lain di Madura. Kami menjumpainya di perkampungan tambak garam di Desa Karanganyar Kecamatan Kalianget Kab.Sumenep. Di Tahun 2016 di saat kami melaksanakan proses verifikasi penerima bantuan sosial (bansos) yang bersumber dana dari APBD Provinsi, kami juga menjumpai Kambing Kalowang di Pulau Gili Raja Kab.Sumenep. 

Lain waktu, kami juga menjumpainya di Desa Taddan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. dan juga di sekitar Pelabuhan Tanglok Desa Banyuanyar Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang 

Kambing Kalowang Mencapai Harga Rp.20 Juta

Ternak kambing, termasuk Kambing Kalowang, merupakan ternak multipurpose (beragam tujuan). 

Sebagai hewan mamalia, selain bisa memproduksi susu dan daging, ternak kambing juga dimanfaatkan untuk memproduksi kohe (kotoran hewan) sebagai penghasil pupuk organik padat dan cair. 

Kulit dan rambut kambing juga bisa dimanfaatkan untuk tas, sabuk, dompet, topi, boneka, permadani, dan juga lukisan. 

Kambing juga berfungsi sebagai rojokoyo sekaligus tabungan yang bisa diuangkan ketika peternak membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup. 

Bahkan kambing ini juga dimanfaatkan sebagai ajang hiburan berupa ‘kerapan kambing’ dan juga ‘kambing pedati’ yang bisa dinaiki anak-anak yang memberi kesan tersendiri dalam suatu moment liburan. 

Bukan hanya ajang hiburan, Kambing Kerap bisa mencapai harga Rp.7,5 juta per ekor. Bahkan ada yang mencapai Rp20.juta. Harga yang fantastis tersebut tentu membawa berkah tersendiri bagi pemiliknya. 



Contoh undangan pelaksanan kerapan kambing di Bangkalan Madura 

Lapangan Kerap kambing. Dibatasi anyaman bambu

Kambing Kerap biasanya diambil dari jenis Kambing Kacang. Namun tak jarang juga Kambing Kalowang digunakan. Asal larinya cepat dan kilat
sumber: Mata Madura 

Semua itu berkaitan dengan nilai material yang bisa diperoleh oleh sang peternak kambing.

Selain nilai materi, ada juga nilai kemanusiaan (membantu masyarakat untuk hidup sehat), ada nilai akhlaq yang baik (internalisasi nilai-nilai budi pekerti yang baik seperti jujur, disiplin, tanggungjawab, bersih rapi, semangat, kerjasama, keteladan, maju, pantang menyerah, dan yang lainnya) dan nilai ketuhanan (mengejar pahala dan sebagai sarana agar ibadah kaum Muslim bisa terlaksana dengan baik) yang bisa didapatkan oleh peternak.   

Menjadi lucu dan menggelikan ketika umat Islam hendak melangsungkan walimah pernikahan, aqiqahan, tasyakuran, berqurban, membayar zakat mal, membayar dam, dan yang lainnya dan kemudian membutuhkan kambing dan atau domba tapi kambing dan atau dombanya langka atau tidak ada di pasaran. 

Masa iya kita mengandalkan dari ‘belaskasihan’ peternak kambing dan domba di luar negeri?    

Pengelolaan Kambing Kalowang Agar Menjadi Kambing Unggul Kelas Dunia   

Dikarenakan penyebaran Kambing Kalowang ini sudah ada di hampir semua kabupaten di Madura, meski dalam jumlah terbatas, maka yang perlu untuk mengambil langkah kongkit dalam pengelolaan SDGH Kambing Kalowang adalah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur cq Bidang BP4 atau cq UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura. 

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur harus menggandengan erat dan bersinergi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Sumenep dan Dinas Peternakan atau Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan di 3 kabupaten lainnya di Pulau Madura.  

Bagaimana agar pengelolaan kambing ini optimal? 

Pertama, perlu segera dilakukan pendataan dan membuat database peternak, jumlah ternak, dan struktur populasi ternak. 

Kedua, mengusulkan untuk penetapan SDGH Kambing Kalowang agar menjadi SDGH milik Jawa Timur. 

Ketiga, membuat demoplot baik di UPT milik provinsi maupun UPT milik kabupaten sebagai sarana pembelajaran masyarakat, khususnya di dalam upaya meningkatkan kecerdasan skolastik peternak dalam dunia perkambingan (pakan, pembibitan, tatalaksana pengelolaan, dll), maupun di bidang komunikasi dan finansial. 

Keempat, mengorganisir pelaku peternakan kambing untuk maju bersama meraih kemakmuran dan kesejahteraan. 

Semoga dengan upaya mengelola Kambing Kalowang yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, insyaallah kesejahteraan dan kemakmuran penduduk Sapudi, Madura, Jawa Timur dan Indonesia yang diidam-idamkan bisa segera terwujud. 

Aamiin.

Salam Sukses dan Bahagia 

======
Sumber inspirasi:
====
*Abdurrahman Arraushany
Nama Pena dari Abdul Rohman, SPt
PNS Extra Ordinary.  Sebagai Kepala Seksi Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di UPT Pembibitan Ternak dan Keswan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur (2018 sd sekarang).

Ketua Himpunan Peternak Domba-Kambing Indonesia (HPDKI) DPC Pamekasan (2018 sd 2022)
Ketua Indonesia Goat Breeders (IGB) DPC Madura Raya (2019 sd 2023)

Penulis Buku:
ESTELAPETE (Sekali Test Langsung Pecah Telor; Tips dan Trik Agar Anda Lolos Test CPNS Sekali Coba)
12 Kesalahan Fatal Peternak Pemula

Peternak
Konsultan Peternakan
Pengusaha Ternak
Investor di Bidang Peternakan