Senin, 02 Juni 2014

11 Juni 2009

CERPEN : Hari Terakhir Seorang Mahasiswa Peternakan


Sambil duduk di bangku taman di bawah pohon Ki Sabun yang rindang, Bahtar muda memandang ke seantero taman kampus yang luas dan penuh mahasiswa itu. Berpuluh atau bahkan beratus umbul-umbul berkibaran seperti ikan berenangan dihembus angin. Tiang-tiangnya menancap kuat-kuat; memenuhi taman yang rindang oleh pepohonan besar dan bebungaan yang ditata rapi, yang memberikan kesejukan di musim kemarau dan menimbulkan kesan hangat di musim hujan.

Ia menghela nafas dalam. Kini ia harus siap menerima kenyataan itu. Kenyataan bahwa tidak lama lagi ia akan meninggalkan bangunan-bangunan tua tempat ia selama ini menimba ilmu. Sepertinya, ia belum siap betul menatap masa depan yang kelak menanti kiprah kesarjanaannya.

Dengan gerakan siput, dibolak-baliknya majalah Al-Wa’ie No. 98 Tahun IX, 1-31 Oktober 2008, yang sedari tadi ada di genggaman tangannya. Matanya tertuju pada artikel berjudul Konflik Ideologi Belum Berakhir yang ditulis oleh Fathiy Syamsuddin Ramadlan An-Nawiy. Baris demi baris dibaca dengan kecepatan 400 kata per menit. Di sub bab Kapitalisme Bukanlah Akhir Sejarah Manusia, ia kaget. Kesadarannya tersentak. Di halaman 28 itu, yang membahas tentang kegagalan ideologi Kapitalisme dunia, matanya tertuju pada Laporan Pembangunan Manusia (HRD) Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia menemukan catatan bahwa pada tahun 1999, diperkirakan ada 840 juta orang di dunia menderita kekurangan gizi; satu di antara empat anak di dunia kekurangan gizi; dan satu dari delapan orang di planet ini adalah pengangguran.

Ia membenahi posisi duduknya. Rasa penasarannya makin membuncah memenuhi setiap pembuluh darah yang ada di dalam tubuhnya. Ia meneruskan kembali bacaannya.

Antara/Asian Pulse pada bulan April 2001 menulis, sekitar 64.000 orang Indonesia memiliki simpanan sebesar 257 miliar dolar AS di luar negeri; dua orang terkaya di Indonesia masuk daftar 538 orang terkaya di dunia; sementara 19,5 persen dari 210 juta penduduk Indonesia menganggur.

Biaya pemeliharaan militer di seluruh dunia mencapai 809 miliar dolar AS pada tahun 1999; sementara negara-negara di Dunia Ketiga hanya membutuhkan 12 persen dari seluruh dana itu untuk menyediakan pelayananan kesehatan, mengatasi kekurangan gizi, dan menyediakan air bersih untuk seluruh rakyatnya.

Hatinya berdegup kencang. Karena penasaran, ia kembali meneruskan bacaannya.
La Botz, dalam Made In Indonesia, mencatat bahwa pengeluaran militer Indonesia pada tahun 1999 mencapai 50,3 miliar dolar AS, sedangkan dana pendidikan hanya 1,1 miliar dolar AS. Dalam waktu sepuluh tahun utang luar negeri dari seluruh negara berkembang di dunia membengkak 100 persen; dari 1,2 triliun dolar AS menjadi 2,5 triliun dolar AS. Banyak negara di dunia menghabiskan pendapatan negara untuk membayar bunga utang. Pemerintah Brasil, misalnya, menghabiskan 75,6 persen, sementara Indonesia, bunga utangnya menguras 66,8 persen total pendapatan Negara dalam RAPBN versi IMF tahun 1998/1999.

Rendahnya angka pendapatan Negara Dunia Ketiga tidak hanya meningkatkan angka kemiskinan, tetapi juga menurunkan kualitas hidup mereka. Pasalnya, mereka tidak bisa dengan leluasa mengakses layanan publik akibat tidak adanya daya beli. Apalagi, hampir kebanyakan layanan publik semacam pendidikan, kesehatan, transportasi, dan lain sebagainya telah diswastanisasi. Keadaan ini semakin mempersulit mereka untuk memperoleh layanan publik yang memadai. Hanya mereka yang memiliki pendapatan tinggi yang mampu menikmati layanan publik. Sebaliknya rakyat miskin seakan-akan tidak memiliki hak untuk hidup enak dan menikmati fasilitas-fasilitas publik itu.

Ia menutup majalah. Matanya terpejam. Pikirannya menerawang dan menari-nari di lintasan akson dan dendrite di sel-sel otaknya. Bukankah selama ini kondisi yang dialaminya seperti itu? Ia datang dari sebuah perkampungan di pelosok Jawa Timur. ‘Beasiswa’ dari orang tua hanya cukup untuk mengganjal perutnya supaya ia bisa tetap tegak berdiri. Bagaimana dengan kebutuhan-kebutuhan kuliahnya? Haihata, haihata (jauh, jauh sekali). Untuk meng-copy handout saja dari para dosen ia tak mampu. Apalagi untuk membeli buku. Apalagi untuk membayar uang kesehatan yang setinggi langit. Apalagi untuk membayar uang transport yang makin hari makin mendaki bukit. Makanya, ia harus pandai-pandai mengelola keuangan. Ia harus pandai-pandai bergaul dengan banyak orang, demi mendapatkan pinjaman materi perkuliahan untuk disalin. Ia pun harus bisa mengatur waktu untuk berolah raga supaya pikiran dan tubuhnya tetap sehat. Dilarang keras untuk sakit. Tak ada hak sakit buat orang miskin seperti dia. Pokoke, ia harus mau dan mampu tirakat untuk menimba ilmu. Hidup bersusah payah demi meraih ilmu yang kelak akan mengangkat derajatnya.

"Hhh...mampukah aku?", batinnya..
Ia bangkit dari tempat duduknya. Dengan langkah setengah berlari disusurinya koridor kampus menuju perpustakaan fakultas. Dilewatinya begitu saja para mahasiswa yunior yang sedang tertawa cekikikan. Berbeda sekali dengannya.

Orang bilang sejarah seringkali berulang. Hal ini pula yang dilakukan banyak mahasiswa senior saat mereka masih berstatus sebagai mahasiswa yunior tingkat pertama dan kedua. Barangkali saja mereka juga memegang teguh prinsip, “Kumaha engke?” dan bukan “Engke Kumaha?” seperti orang kebanyakan. Sehingga yang dilakukan adalah membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Bercanda dan ngobrol ngalor ngidul untuk membunuh waktu senggangnya. Hah,…mahasiswa, mahasiswa. Katanya saja kalian itu bagian dari warga negara intelek, kok aktivitasnya jauh dari kegiatan intelektual ya, seperti membaca dan menulis?
***

Perpustakaan kampusnya kini sudah banyak mengalami perubahan. Kini kondisinya sudah jauh berbeda dibanding empat tahun lalu saat ia masuk. Koleksi bukunya juga bertambah banyak. Kalau dikalkulasi sepertinya penambahan buku yang ada sudah tidak lagi mengikuti deret hitung tapi mengikuti deret ukur.

Perpustakaan belum banyak pengunjung. Sepi. Hening.
Jemarinya menyusuri deretan buku di rak. Tanpa sengaja pandangannya tertuju pada buku bersampul coklat berjudul “Berani Gagal” karya Billi P.S. Lim yang dulu pernah dibacanya saat berkunjung ke kostan temannya. Dibolak-baliknya buku itu. Sampai juga ia di halaman 17: “Jika tidak ada orang yang menawarkan pekerjaan, ciptakan lapangan pekerjaan sendiri! Mengapa bekerja bagi orang lain? Mengapa tidak bekerja untuk diri sendiri? Apakah kita ke universitas agar lulus sebagai mahasiswa kemudian mondar-mandir mencari pekerjaan? Jika begitu, siapa yang akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi para non-mahasiswa yang tidak bernasib baik?”

Plakk!!! Walau tak berbekas, hatinya tertampar kata-kata penulis Malaysia yang mengarang buku itu. Ia lemas. Ia lunglai. Ia tak berdaya. Ia tak kuat menerima kata-kata yang menyentakkan kesadarannya itu.

“Apakah aku siap menghadapi hari esok?”
Besok adalah hari terakhirnya menjadi seorang mahasiswa. Ia besok akan mengikuti prosesi wisuda. Dengan itu berarti statusnya berubah. Secara de fakto maupun de jure ia besok telah resmi sebagai seorang sarjana peternakan. Di kartu tanda penduduk (KTP) yang baru, tidak lagi tertera kata ‘mahasiswa’ sebagai informasi ‘pekerjaannya’ tapi mungkin saja berganti dengan ‘wiraswasta’ untuk menutupi status terselubungnya sebagai pengangguran terdidik.

Apa yang sudah ia siapkan untuk terjun ke masyarakat?
Ia teringat dengan apa yang ditulis Robert T. Kiyosaki dalam Rich Dad Poor Dad. Katanya, untuk menjadi orang yang sukses dan bahagia, siapapun dia, harus menguasai dan memiliki paling tidak tiga jenis kecerdasan: kecerdasan skolastik, kecerdasan komunikasi, dan kecerdasan finansial.

Apakah dunia pendidikan di negeri ini yang selama ini dijalaninya telah membekalinya dengan ketiga jenis kecerdasan di atas?

Kecerdasan skolastik merupakan kecerdasan seseorang terkait dengan bidang yang ia pelajari. Jika bidang peternakan yang menjadi kajian keilmuan yang selama ini digeluti, itu berarti ia harus faham seluk beluk peternakan dan hal-hal yang terkait dengan dunia itu. Paham akan berbagai masalah yang ada di dunia peternakan dan tahu solusi yang tepat dan benar untuk menyelesaikannya. Setahuku, Bahtar sudah beberapa kali mengikuti kegiatan magang di usaha peternakan ayam. Di tingkat pertama, ia pernah magang di Rural Rearing Multipication Centre (RRMC) Malangbong Garut, salah satu kelompok peternak ayam kampung yang ada di Jawa Barat. Di tingkat dua, ia pernah magang di peternakan ayam pedaging komersil di Kecamatan Caringin Bogor. Apakah itu menjamin kemampuan Bahtar tentang pemahamannya tentang industri peternakan? Tergantung. Apakah ia melakukannya dengan antusiasme atau tidak.

Kedua, kecerdasan komunikasi. Komunikasi merupakan alat seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Ia bisa membawa keberuntungan yang besar jika dilakukan dengan baik dan juga membawa malapetaka yang luar biasa ngerinya jika disalahgunakan atau jika terjadi kegagalan komunikasi (miscommunication). AS mengebom Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945 lalu, misalnya, disinyalir kuat salah satu sebabnya adalah karena kegagalan komunikasi. Ketika AS memerintahkan ‘sesuatu’ kepada Jepang yang waktu itu sudah lemah, Jepang menjawab: Kami taat perintah Tuan, tanpa komentar. Jepang mengakui kekalahannya dan ‘menerima’ kenyataan yang ada. Tetapi, kata-kata itu diterjemahkan ke bahasa Inggris: No Comment, yang berarti ‘tak ada komentar’ yang bernada menantang.

Kecerdasan komunikasi dapat dikembangkan dengan pembelajaran, latihan dan kegiatan kepemimpinan. Antara kepemimpinan dan komunikasi seperti dua sisi mata uang. Tanpa salah satu dari keduanya, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai uang, bukan. Pembelajaran kepemimpinan di kampus, dengan apalagi kalau bukan dengan berorganisasi intra dan atau ekstra kampus.

Ketiga, kecerdasan finansial. Kecerdasan yang satu ini tidak hanya dimiliki oleh para akuntan dan bankir. Sebab, faktanya, banyak di antara mereka yang juga tidak memiliki kecerdasan ini dan mengalami ‘krisis finansial’ yang seringkali membuat mereka stress. Kecerdasan ini erat kaitannya dengan ‘manajemen keuangan.’ Orang yang memiliki kecerdasan ini bisa membedakan antara asset dan liabilitas. Orang yang memiliki kecerdasan ini, akan mengatur pengeluarannya sehingga tidak terjadi, ‘lebih besar pasak daripada tiang.’ Ia mengetahui hukum uang dan mengetahui bagaimana cara uang itu bisa bekerja buat dirinya. Ia menjadi tuan bagi uang, bukan sebaliknya.

Lamunannya terhenti saat jam perpustakaan berdentang dua belas kali. Pertanda ia harus segera pulang dan menelpon keluarganya di kampung. Mereka hendak menghadiri acara wisudanya besok. Tak tanggung-tanggung, yang datang bukan hanya satu dua orang tapi semobil penuh. Hal yang lumrah terjadi pada acara wisuda atau perayaan lainnya. Keluarga yang datang memang seringkali meramaikan dan menyemarakkan suasana.
***
Malam semakin larut. Pukul dua dini hari ia terjaga. Keluarga yang dinanti belum juga tiba. Hati Bahtar kian lama kian gundah gulana. “Apapun yang terjadi besok, aku akan berwajah ceria,” gumamnya.

Ia sempat membayangkan berdiri di antara dua ribuan wisudawan/wisudawati dari berbagai jurusan di universitasnya. Ia telah ber-azzam akan berdiri kokoh menantang dunia untuk membuktikan bahwa dirinya dan dunia peternakan yang dipilih untuk digelutinya adalah bernilai bagi kehidupan umat manusia. Ia akan membuktikan bahwa keberadaan dirinya dan dunianya adalah semata untuk kesejahteraan umat manusia. Ia akan buktikan itu.

Ia bangkit, mengambil air wudlu dan melakukan sholat malam. Simaklah doanya.

“Ya Allah ya Tuhan kami. Tuhan Yang Memiliki kekuatan. Ijinkan aku berdiri tegar di hadapan ribuan makhluk-Mu. Aku hendak membaktikan sisa hidupku untuk kepentingan umat manusia. Aku sangat bersyukur karena Engkau telah menambahkan ilmu-Mu kepadaku. Aku sangat bahagia karena Engkau memberkati aku dengan berbagai macam kecerdasan dan kelebihan. Puji syukur kupanjatkan kepada-Mu, yang telah memilihkan jalan ini. Aku ikhlas. Aku rela dengan pemberianmu. Sesedikit atau sebanyak apapun itu. Rabb, melalui Rasulmu Engkau pernah bersabda: “Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” Aku sangat yakin bahwa Engkau adalah benar. Janjimu adalah benar. Rasulmu adalah benar. Al-Qur’anmu adalah benar. Dan akhiratmu adalah benar. Maka, ampunilah aku.”

“Rabb, dengan menggeluti dunia peternakan yang menjadi bagian hidupku dan bangga dengan statusnya, aku akan menggapai empat nilai perbuatan manusia. Dengan beternak dan menjadi peternak aku akan bekerja dan menghasilkan banyak uang. Secara materi aku tidak akan lagi kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginanku semasa hidup di dunia ini. Bukankah dunia peternakan dari hulu, budidaya, sampai ke hilir menawarkan nilai materi yang menggiurkan?”

“Rabb, dengan beternak dan menjadi peternak, aku akan menolong manusia untuk bisa mendapatkan penghidupan. Dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang menyerap para pengangguran yang jumlahnya kian hari kian bertambah akibat tindak kezaliman para penguasa negeri kami. Mereka yang kami pilih sebagai wakil kami, untuk mengurus urusan kami, kenyataannya mereka tak pernah memperhatikan nasib dan urusan kami. Rabb, dengan beternak dan menjadi peternak aku juga akan menolong manusia dari kebodohan dan dari berbagai macam penyakit yang bisa membinasakan kehidupan umat manusia. Aku tidak tahu apa yang bakal terjadi jika Engkau tidak mengasihi umat manusia dengan memberikan makanan yang halal lagi baik berupa susu, daging dan telur yang bernilai gizi tinggi itu dengan perantaraan kami.”

“Ya Tuhan kami, dengan beternak dan menjadi peternak, aku akan belajar berdisiplin. Berdisiplin waktu, pikiran dan tenaga. Bukankah Engkau mewajibkan dan mensunahkan shalat kepada kami supaya kami belajar berdisiplin? Aku juga akan berbuat dan berkata jujur. Bukankah ayam-ayam kami yang kelak akan kami pelihara adalah contoh nyata bagaimana kami harus berbuat jujur? Ayam akan berproduksi sesuai dengan makanan yang kami berikan. Jika sedikit pakan yang kami berikan maka akan sedikit pula daging dan atau telur yang akan ia hasilkan. Dan begitu pula sebaliknya. Rabb, dengan beternak dan menjadi peternak kami juga akan menjadi manusia yang bertanggung jawab. Kami akan belajar dan berbuat selalu dalam keadaan bersih dan rapi. Kami juga akan menjadi manusia yang penuh semangat dan antusiasme. Kami juga akan menjalin kerjasama dengan orang lain dengan cara yang terbaik. Kami akan menjadi teladan dan meneladani bagi dan dari orang lain. Dan tak lupa, kami juga akan berpikir dan berbuat maju demi kemajuan diri sendiri dan masyarakat kami.”

“Rabb, dengan beternak dan menjadi peternak aku berharap akan mendapatkan keridloan-Mu. Kebahagiaan apalagi di kehidupan ini yang bisa melebihi keridloan-Mu. Untuk itu, aku akan melakukan hal-hal yang akan mendatangkan keridloan-Mu kepadaku. Dan, aku akan menjauhi hal-hal yang akan mendatangkan murka-Mu. Sesungguhnya hukum benda-benda dari-Mu sudahlah jelas: halal dan haram. Dan, hukum perbuatan kami dari-Mu juga sudah jelas: wajib, sunah, jaiz (boleh), makruh, dan haram. Tolong kami ya Rabb untuk kami tetap berjalan di jalanmu yang lurus. Sadarkan kami jika kami menyimpang dari jalan-Mu.”

“Rabb, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Pukul 03.55 wib. Tok. Tok. Tok. Pintu kamarnya diketuk tiga kali. Ia bangkit. Kini, semangat dan kepercayaan dirinya begitu besar.

“Selamat datang di kota Bandung.” Ujarnya sambil menyerahkan undangan khusus dan istimewa kepada bapak tercintanya.

Ditulis oleh : Abdul Rohman, SPt. Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran-Bandung. Kini bekerja sebagai staff Breeding Farm PT Wonokoyo Jaya Corporindo. Tinggal di Singosari-Malang.
 (Saat ini saya sudah berubah status. Sudah keluar dari PT.WJC. Dan bergabung dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur sebagai Pengawas Bibit Ternak di UPT PT dan Keswan Madura sejak Maret 2010)

Senin, 06 Januari 2014

Swasembada Daging Sapi Bisa Diwujudkan!!!

HTI Press. Terbongkarnya suap impor daging sapi sungguh menjadi ironi di tengah rencana pemerintah dalam Blue Printnya yang mentargetkan pencapaian swasembada daging sapi di tahun 2014. Kebijakan impor saat ini hanya menguntungkan para kapitalis dan setiap kebijakan diambil selalu mendasarkan kepada kepentingan kapitalisme liberal (free market policy) sehingga yang terjadi justru menyengsarakan rakyat.

Hal itu terungkap dalam acara diskusi terbatas expert forum yang berlangsung di meeting room business IPB Convention Hotel, Jumat (8/2/2013). Acara tersebut dihadiri para pakar di bidangnya antara lain Prof. Kusumo Dwyanto (Peneliti Utama Puslitbang  Peternakan Balitbang Kementan RI), Prof. Ahmad Sulaeman (Pakar Keamanan Pangan dan Gizi sekaligus Wakil Dekan FEMA IPB), Prof. Muladno (Guru Besar Fakultas Peternakan IPB), Dr. Arief Daryanto (Direktur Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB), Dr. Epi Taufik (Dosen Fakultas Peternakan IPB).

Pembicara Prof. Kusumo dari Puslitbang Peternakan Kementerian Pertanian RI mengungkapkan tentang keoptimisannya bahwa program swasembada daging berkelanjutan dapat dilakukan. dalam menyukseskan program tersebut, diperlukan dukungan teknologi inovatif serta memperhatikan aspek ekonomi, sosial, budaya dan kultur masyarakat. Selanjutnya diperlukan instrumen atau kebijakan yang kondusif, antara lain menjaga harga sapi lokal tetap atraktif dan peternak dapat memasarkan sapinya dengan mudah dan efektif. Ujarnya.

Lebih lanjut beliau memaparkan bahwa  fokus pada koridor Bali dan Nusa Tenggara dalam MP3EI bisa dijadikan basis untuk swasembada sapi  yakni dengan Kebijakan penyelamatan sapi betina produktif yang harus dimulai dari hulunya, yaitu pada tingkat peternak, selain itu pemotongan sapi betina produktif dapat dihambat bila kesadaran seluruh pemangku kepentingan mulai dari peternak, pedagang, konsumen sampai pada petugas dapat ditingkatkan. Namun kenyataannya ternyata sampai saat ini masih sulit diimplementasikan. Jelasnya.

Sementara itu, pembicara Dr. Epi Taufik, dari Lajnah Intelektual HTI dan Dosen Peternakan IPB menjabarkan tentang Fakta dan Problematika Seputar Swasembada Daging. Menurutnya, beberapa problem yang ada saat ini adalah masalah distribusi pangan termasuk daging yang dikuasai oleh pemilik stok pangan terbesar, yaitu korporasi swasta. Negara (BUMN) belum masuk pada produksi dan distribusi daging. Selain itu masalah kepemilikan lahan, tingginya biaya transportasi yang menyebabkan kalah bersaing dengan produk impor dan ditambah dengan pengawasan dan tindakan sanksi terhadap penimbunan produk yang tidak efektif menjadi problem peternakan. Karena itu perlu ada rekonstruksi kebijakan yg terkait  dengan pemenuhan kebutuhan pokok, pertanahan dan distribusi barang dan jasa.

Dengan demikian walaupun masih terdapat masalah pada tataran teknis, SDM, manajemen dan kinerja, tetapi problem utama yg terjadi saat ini lebih bermura kepada kebijakan pemerintah yang sangat bergantung dan dipengaruhi sistem ekonomi-politik yang diterapkan atau tataran sistemik ideologis yakni kapitalisme liberal, maka penyelesaiannya pun harus sistemik ideologis.
Dalam hal ini Islam telah mengatur seluruh kehidupan. Lebih lanjut ia memaparkan Sistem Islam menunjukkan dengan tegas pengaturan/kebijakan yang muncul darinya, dan secara sistemik-ideologis lebih menjamin terciptanya kesejahteraan lahir batin bagi semua lapisan masyarakat/warga negara. Terbukti saat digunakan di era masa ke-khalifahan. Ungkapnya.

Adapun pembicara Prof.Muladno mengatakan bahwa kita perlu menerapkan Animal culture yakni ternak akan tumbuh baik jika dicintai peternak. Namun kenyataannya saat ini pemerintah membiarkan 6,4 juta peternak, program bantuan yang digulirkan dengan pemberian uang,  mati atau hidupnya dibiarkan/terserah. Karena itu perlu ada kebijakan yang peduli kepada rakyat (pro rakyat) sehingga bisa menggerakkan rakyat agar swasembada daging sapi bisa terwujud. Ujarnya.
Pembicara Dr. Arief Daryanto mengungkapkan Langkah strategis menuju swasembada daging tidak hanya melalui strategi pengembangan sentra perbibitan dan penggemukan; revitalisasi kelembagaan dan SDM fungsional di lapangan, dukungan sarana dan prasarana maupun langkah-langkah operasional. Pencapaian swasembada daging perlu kebijakan yang lebih komprehensif melalui pendekatan rural development/productivity dan pendekatan direct and immediate access to food.imbuhnya.

Selanjutnya menurut Prof. Ahmad Sulaeman fakta yang terlihat dari hasil surveinya terhadap sekitar 225 produk pertanian yang dijual di supermarket, 60-80 persen adalah produk impor. Untuk produk daging, data menunjukkan 40 persennya juga merupakan hasil impor. Selain itu menurut hasil penelitiannya menunjukkan kandungan gizi dan sifat sensori dari sapi-sapi asli Indonesia, termasuk kerbau, lebih baik daripada daging sapi impor. produk daging yang diimpor terdapat risiko kemungkinan mengandung penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia, misalnya, sapi gila, antraks, dan flu burung. Risiko daging dari produk impor mengandung penyakit tersebut sangat dimungkinkan mengingat pola pemeliharaan yang telah menyalahi kodrat dari binatang itu sendiri.

Di akhir acara para pakar menyimpulkan bahwa swasembada daging sapi bisa diwujudkan, apabila didukung kebijakan yang mempedulikan kepentingan rakyat.

(Sumber: http://m.hizbut-tahrir.or.id/2013/02/11/swasembada-daging-sapi-bisa-diwujudkan)

Kota Roma Menanti Anda, Kawan!!! 

Bisyarah adalah sebuah kabar gembira yang Allah turunkan kepada ummatnya, baik melalui al-Qur’an ataupun melalui ucapan rasulullah. Bisyarah adalah perlambang janji Allah dan menjadi penyemangat kaum muslim selama berabad-abad lamanya, keyakinan akan janji ALlah ini terpatri kuat di dalam jiwa kaum muslim dan menjadi harapan ditengah-tengah kepuusasaan, menjadi pengingat dalam kealpaan dan menjadi sebuah sumber energi yang tidak terbatas sampai kapanpun juga. Dengan bisyarah inilah kaum muslim berjuang dan menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia.

Salah satu bisyarah yang dapan menginspirasi setiap muslim adalah bisyarah rasulullah yang isampakan oleh Abdullah bin Amru pada shahabat:
عن أبي قبيل قال : كنا عند عبدالله بن عمرو بن العاص وسئل : أي المدينتين تفتح أولا القسطنطينية أو رومية ؟ فدعا عبدالله بصندوق له حلق قال : فأخرج منه كتابا قال : فقال عبدالله : بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه و سلم نكتب إذ سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم : أي المدينتين تفتح أولا : أقسطنطينية أو رومية ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مدينة هرقل تفتح أولا . يعني : قسطنطينية
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat Amir (panglima perang) adalah Amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya (HR Ahmad)

Ini adalah sebuah bisyarah, petunjuk dan kabar gembira bagi kaum muslim bahwa dua pilar peradaban barat pada waktu itu yang dijadikan simbol yaitu: Kota Roma (Romawi Barat) dan Kota Konstantinopel (Romawi Timur) akan diberikan dan dibebaskan oleh kaum muslim.
Dan hal ini menjadi penyemangat para Khalifah untuk melakukan futuhat, tercatat dalam sejarah bahwa Abu Ayyub al-Anshari (44 H) pada Khalifah Muawiyyah bin Abu Sufyan adalah orang yang pertama kali ingin merealisasikan janji Allah tersebut, namun karena kondisi fisik beliau tidak mampu memenuhinya, walaupun begitu, beliau meminta agar jasadnya dikuburkan di bawah kaki pasukan kaum muslim terdepan pada saat ekspedisi itu sebagai sebuah milestone bagi mujahid selanjutnya. Lalu Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (98 H) pada masa Kekhalifahan Umayyah, Khalifah Harun al-Rasyid (190 H) masa Kekhalifahan Abasiyyah, Khalifah Beyazid I (796 H) masa Kekhalifahan Utsmanityyah, Khalifah Murad II (824 H) masa Kekhalifahan Utsmaniyyah juga tercatat dalam usaha penaklukan konstantinopel, tetapi karena satu dan lain hal, Allah belum mengizinkan kaum muslim memenangkan pertempuran itu.

Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia, kota ini memiliki benteng yang tidak tertembus yang dibangun pada tahun 330 M. oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine I.

Konstaninopel memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia. Sejak didirikannya, pemerintahan Byzantium telah menjadikannya sebagai ibukota pemerintahan Byzantium. Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanduk Emas (golden horn) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Pentingnya posisi konstantinopel ini digambarkan oleh napoleon dengan kata-kata “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!”.
Adalah Muhamamd II atau selanjutnya dikenal sebagai Muhammad al-Fatih, yang akan menaklukan kota ini, sejak kecil dia telah dididik oleh ulama-ulama besar pada zamannya, khususnya Syaikh Aaq Syamsuddin yang tidak hanya menanamkan kemampuan beragama dan ilmu Islam, tetapi juga membentuk mental pembebas pada diri Mumammad al-Fatih. Beliau selalu membekali al-Fatih dengan cerita dan kisah para penakluk, kisah syahid dan mulianya para mujahid, dan selalu mengingatkan Muhammad II tentang bisyarah rasulullah dan janji Allah yang menjadikan seorang anak kecil bernama Muhammad II memiliki mental seorang penakluk.
Maka tidak mengherankan ketika berumur 23 tahun, al-Fatih telah menguasai 7 bahasa dan dia telah memimpin ibukota Khilafah Islam di Adrianopel (Edirne) sejak berumur 21 tahun (ada yang memberikan keterangan dia telah matang dalam politik sejak 12 tahun). Sebagian besar hidup al-Fatih berada diatas kuda, dan beliau tidak pernah meninggalkan shalat rawatib dan tahajjudnya untuk menjaga kedekatannya dengan Allah dan memohon pertolongan dan idzinnya atas keinginannya yang telah terpancang kuat dari awal: Menaklukan Konstantinopel.
Diapun sadar untuk menaklukkan konstantiopel dia membutuhkan perencanaan yang baik dan orang-orang yang bisa diandalkan, maka diapun membentuk dan mengumpulkan pasukan elit yang dinamakan Janissaries, yang dilatih dengan ilmu agama, fisik, taktik dan segala yang dibutuhkan oleh tentara, dan pendidikan ini dilaksanakan sejak dini, dan khusus dipersiapkan untuk penaklukan konstantinopel. 40.00 orang yang loyal kepada Allah dan rasul-Nya pun berkumpul dalam penugasan ini. Selain itu dia juga mengamankan selat bosphorus yang menjadi nadi utama perdagangan dan transportasi bagi konstantinopel dengan membangun benteng dengan 7 menara citadel yang selesai dalam waktu kurang dari 4 bulan.
Tetapi konstantinopel bukanlah kota yang mudah ditaklukkan, kota ini menahan serangan dari berbagai penjuru dunia dan berhasil menetralkan semua ancaman yang datang kepadanya karena memiliki sistem pertahanan yang sangat maju pada zamannya, yaitu tembok yang luar biasa tebal dan tinggi, tingginya sekitar 30 m dan tebal 9 m, tidak ada satupun teknologi yang dapat menghancurkan dan menembus tembok ini pada masa lalu. Dan untuk inilah al-Fatih menugaskan khusus pembuatan senjata yang dapat mengatasi tembok ini.
Setelah mempersiapkan meriam raksasa yang dapat melontarkan peluru seberat 700 kg, al-Fatih lalu mempersiapkan 250.000 total pasukannya yang terbagi menjadi 3, yaitu pasukan laut dengan 400 kapal perang menyerang melalui laut marmara, kapal-kapal kecil untuk menembus selat tanduk, dan sisanya melalui jalan darat menyerang dari sebelah barat konstantinopel, awal penyerangan ini dilakukan pada tanggal 6 April 1453, yang terkenal dengan The Siege of Constantinple.
Keseluruhan pasukan al-Fatih dapat direpotkan oleh pasukan konstantinopel yang bertahan di bentengnya, belum lagi serangan bantuan dari negeri kristen lewat laut menambah beratnya pertempuran yang harus dihadapi oleh al-Fatih, sampai tanggal 21 April 1453 tidak sedikitpun tanda-tanda kemenangan akan dicapai pasukan al-Fatih, lalu akhirnya mereka mencoba suatu cara yang tidak terbayangkan kecuali orang yang beriman. Dalam waktu semalam 70 kapal pindah dari selat bosphorus menuju selat tanduk dengan menggunakan tenaga manusia. Yilmaz Oztuna di dalam bukunya Osmanli Tarihi menceritakan salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium mengatakan:
“kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander yang Agung,”
70 Kapal al-Fatih dipindahkan dari Selat Bosphorus ke Selat Tanduk melalui Pegunungan Galata dalam waktu 1 malam
Pengepungan ini terus berlanjut sampai dengan tanggal 27 Mei 1453, melihat kemenangan sudah dekat, Muhamamad al-Fatih mengumpulkan para pasukannya lalu berkhutbah didepan mereka:
Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran
Subhanallah, ini sebuah penegasan pada pasukannya bahwa kemenangan tidak akan bisa dicapai dengan mengandalkan kekuatan belaka, bukan pula karena kecerdasan dan strategi perang, Muhammad al-Fatih sangat memahami bahwa kemenangan hanya akan tercapai dengan izin dan pertolongan Allah.
Maka ia meminta seluruh pasukannya bermunajat pada Allah, menjauhkan diri dari maksiat, bertahajjud pada malam harinya dan berpuasa pada esok harinya. Pada tanggal 29 Mei 1453, serangan terakhir dilancarkan, dan sebelum Ashar, al-Fatih sudah menginjakkan kakinya di gerbang masuk konstantinopel. Berakhirlah pengepungan selama 52 hari lamanya dan penantian panjang akan janji Allah selama 825 tahun lamanya. Konstantinopel dibebaskan kaum muslim melalui tangan al-Fatih!
Bayangkan, kekuatan seperti apa yang bisa menjaga semangat, persatuan, dan kesabaran selama 52 hari perang dan lintas generasi dalam 825 tahun lamanya? Kekuatan seperti apa yang dapat menjadikan anak muda berumur 23 tahun menaklukan sebuah peradaban besar?
Inilah yang dinamakan kekuatan percaya pada janji Allah dan bisyarah rasul-Nya. Kemampuan melihat tidak dengan mata tetapi dengan keimanan, kekuatan yang melebihi apapun, Beyond the Inspiration.
They believe in something that can’t be seen by eyes! Allahuakbar!
Konstantinopel telah takluk dan itu tidak akan terulang kembali karena posisi yang mulia dalam bisyarah rasulullah telah ditempati oleh Muhammad al-Fatih. Penaklukan kota Roma hanya menunggu waktu dan posisi kemuliaan itupun akan ditempati oleh satu orang. Tetapi ada satu bisyarah lagi yang rasulullah sampaikan pada kita, yang mengajak kita semuanya untuk merealisasikan itu.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”. (HR. Ahmad)
Pragmatisme pasti akan menafikkan Idealisme
Pragmatisme meniscayakan Kompromisme
Sedangkan,
Idealisme menafikkan Pragmatisme
Idealisme meniscayakan Keyakinan akan Bisyarah Allah dan Rasul
Perbedaan orang kafir dan mukmin adalah:
Orang mukmin yakin dahulu lalu mereka (pasti) akan melihat
Orang kafir butuh melihat dulu lalu (mungkin) akan yakin
Pilih mana???
(Sumber:  http://pembasmidemokrasi.wordpress.com/2010/09/19/kota-roma-menanti-anda-wahai-kaum-muslimin)

Gerakan SuksesMulia


Sebagian besar Anda mungkin sering mendengar kata-kata bijak ini: Perjalanan seribu mil selalu diawali langkah pertama. Atau, “Sebelum memanen padi kita harus mencari lahan yang tepat, mencangkul, mencari benih yang berkualitas dan kemudian memeliharanya dengan baik.”
Dalam kehidupan berbangsapun demikian, untuk kehidupan Indonesia yang lebih bermartabat setiap warganegaranya harus berkontribusi sekecil apapun. Kami, sebagai warga negara,  juga ingin berkontribusi untuk negeri ini dengan mendorong lahirnya Gerakan SuksesMulia. Gerakan orang-orang yang sukses untuk berbagi kemuliaan.
Sukses, menurut kami, ditandai dengan 4-ta (harta, tahta, kata dan cinta). Mulia adalah memanfaatkan 4-ta tersebut untuk memberi manfaat kepada orang-orang di sekitarnya. Kami sangat yakin pada saat sukses dan mulia dicapai bersamaan, saat itulah orang tersebut mencicipi kehidupan terbaiknya.
Secara pribadi, saya sudah menjalankan Gerakan SuksesMulia dengan mendirikan sekolah murah di Lampung, mendirikan Pesantren Wirausaha di Klaten, menginisiasi lahirnya 138 BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) yang kini total asetnya sudah lebih dari Rp 2.6 Trilyun, mengkader puluhan trainer, dan membina berbagai organisasi nirlaba yang ada di Indonesia.
Secara institusi, melalui PT Kubik Kreasi Sisilain kami juga sudah melakukan berbagai training gratis untuk para guru dan usahawan kecil.  Selain itu, Kubik juga membina dan mendidik ratusan anak- anak yatim. Kebijakan perusahaan juga telah menetapkan bahwa setiap Kubik memberikan satu training kepada satu peserta berbayar maka Kubik akan memberikan training gratis kepada satu orang yang tidak mampu. Semakin banyak peserta training berbayar maka akan semakin banyak orang yang tidak mampu mendapatkan training dari Kubik.
Kami ingin Gerakan SuksesMulia bukan hanya menjadi gerakan Kubik dan alumninya tetapi menjadi gerakan milik masyarakat luas. Untuk menambah berbagai variasi Gerakan SuksesMulia, hari ini (Kamis, 7 Juli 2011) di Jakarta, kami meluncurkan Program Satu Orang Satu (SOS). Setiap orang menolong satu orang lain. Orang yang ditolong juga harus menolong orang lain, begitu seterusnya.
InsyaAllah, dalam peluncuran Program SOS nanti malam akan ada sharing session dari  Nukman Luthfie, Dik Doank, Tri Mumpuni, Bryan Tilaar, Iskandar Zulkarnain dan special performance dari Jamil Azzaini.
Bagi Anda yang berminat hadir, jangan lupa acaranya hari ini, 07 Juli 2011, di Function Hall, City Walk Sudirman, Jakarta, pukul 18.30-21.00. Karena undangan terbatas yang ingin hadir silakan pesan tempat melalui Sugeng di 021-781-30-30 ext 109 atau Citra di 0859-211-58-338
Salam SuksesMulia!