Selasa, 28 Agustus 2018

SOHIB MADURA AJAK WARGA SUMENEP RAIH KEBERKAHAN HIDUP DENGAN BETERNAK DOMBA DAN KAMBING


KOMUNITAS SOHIB MADURA MENGAJAK GENERASI MUDA SUMENEP menggunakan sapronak YANG halal DAN Thayyib SERTA terikat hukum syara SAAT MENERJUNI usaha dan bisnis peternakan domba-kambing

Sumenep (25/8/2018). Mukmin yang kaya harta lebih dicintai Allah dan Rasul-Nya daripada mukmin yang hidup dalam keterbatasan dan kelemahan ekonomi. Untuk itu, Islam memberikan jalan agar umatnya bisa melipatgandakan harta secara halal dan berkah, yakni dengan menerjuni usaha pertanian, industri dan juga perdagangan, baik dilakukan secara terpisah maupun secara terintegrasi (integrated farming system). “Di antara usaha pertanian yang bisa dipilih oleh masyarakat Indonesia adalah usaha perkebunan tananam buah; pertanian tanaman pangan, obat, bunga, rempah dan bumbu; serta usaha peternakan. Dan, di antara pilihan komoditas peternakan, sangat baik jika Anda memilih domba dan kambing sebagai komoditas usaha dengan melakukan optimasi aneka limbah atau hasil samping usaha perkebunan dan pertanian serta aneka industri pangan untuk pakan ternak. Kenapa domba dan kambing? Karena pada domba dan kambing terdapat keberkahan. Juga, domba dan kambing disebut lebih dulu daripada ternak unta dan sapi dalam QS.Al-An’am[6]: 143-144 ketika Allah menginformasikan terkait 8 hewan berpasangan yang diturunkan Allah sebagai rejeki saat penciptaan manusia (lihat QS.Az-Zumar [39]: 6),” tegas Abdurrahman, narasumber yang memberikan materi dalam Pelatihan Budidaya Ternak Domba dan Kambing dengan tema “Olah Limbah, Raih Berkah dengan ternak Domba dan Kambing” di Rumah Makan Tocom Lenteng, Desa Lenteng Timur, Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, Sabtu, 25 Agustus 2018.


Pelatihan yang dimulai Pkl 09.15 wib dan berakhir Pkl 13.15 wib tersebut dihadiri 28 orang peserta dari berbagai daerah di Kabupaten Sumenep. Komunitas SOHIB (Sobat Hidup Berkah) Korwil Madura mengadakan acara ini dalam rangka mengajak generasi muda di Kabupaten Sumenep agar memiliki ketertarikan dan mau menerjuni usaha dan bisnis perkebunan tanaman buah, pertanian tanaman pangan dan peternakan, untuk penyediaan pangan halal dan thayyib (aman, sehat dan utuh) bagi penduduk Madura, Indonesia dan dunia. Acara pelatihan juga dimaksudkan agar kiranya pasca acara peserta yang hadir mau dan berani melakukan action di bidang pertanian, industri dan perdagangan pangan sehingga terbuka lapangan pekerjaan, serta membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi angka kemiskinan di Madura dan Jawa Timur.

Saat membuka acara, Sufyanto, Koordinator SOHIB Wilayah Madura menyampaikan pernyataan yang luar biasa terkait dengan usaha dan bisnis yang  dijalankan oleh seorang Muslim-Mukmin. Beliau mengatakan, “Mari pastikan dalam usaha dan bisnis apapun yang kita jalankan, termasuk bisnis peternakan domba dan kambing, kita wajib menggunakan input produksi atau sarana produksi peternakan (sapronak) yang berupa benda berstatus halal dan thayyib. Juga amal yang kita lakukan harus senantiasa terikat dengan hukum syara yang lima (yang dikenal dengan istilah akhkamul khomsah: wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram). Sebab, bisnis itu tidak hanya sekedar untung dan rugi, tapi juga syurga-neraka.”


Abdurrahman, yang hadir sebagai narasumber dari UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, yang sekaligus diberi amanah menjadi Ketua Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) DPC Pamekasan Periode 2018-2023, dalam paparannya mengajak peserta untuk terlebih dahulu menjawab pertanyaan why alias mengapa usaha dan bisnis peternakan domba dan kambing harus segera diterjuni. “Mari bersegera menerjuni usaha dan bisnis peternakan domba dan kambing. Selain karena ada keberkahan, sebagaimana yang pernah disampaikan Nabi saw, maka dengan menerjuni usaha dan bisnis peternakan domba dan kambing kita akan mendapatkan 4-IS alasan sekaligus: alasan agamis-politis-ideologis; alasan humanis-kemanusiaan, alasan teknis, dan juga alasan ekonomis.” Beliau menambahkan, “Ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya agar kita hanya mengkonsumsi pangan halal dan thayyib. Kita juga wajib menyediakan sarana pelaksanaan ibadah seperti qurban, zakat, aqiqah, membayar dam, walimahan, dan taysakuran. Nah, kita jelas membutuhkan ternak domba dan kambing. Jika domba dan kambing langka, kemana kita akan mencarinya? Harus kah kita impor lagi dari negara lain?”  
 
Setelah pertanyaan why tersebut terjawab, Abdurrahman mengajak peserta untuk menjawab pertanyaan how alias bagaimana usaha dan bisnis peternakan domba dan kambing dijalankan. Yang menarik, beliau juga membongkar 10 kesalahan fatal yang sering dilakukan peternak domba dan kambing, khususnya para peternak pemula, sehingga usaha dan bisnis yang mereka jalankan sering menuai kegagalan. Dan jauh dari keberhasilan. “Di antara 10 kesalahan fatal tersebut, pakan menjadi faktor terbesar yang menentukan keberhasilan dan atau kegagalan peternak ketika menerjuni usaha dan bisnis peternakan domba dan kambing. Untuk itu, mari kita bersegera menanam hijauan pakan ternak (HPT) unggul untuk menghijauan madura. Selain untuk pakan ternak kita bisa bersedekah oksigen bagi sesama. Juga bisa bersedekah pakan bagi burung, kelelawar, lebah, kupu-kupu dll. Keren kan? Oh iya, selain itu, jangan lupakan potensi pakan yang luar biasa yang berasal dari hasil samping usaha perkebunan tanaman buah, pertanian tanaman pangan dan aneka industri pangan.”  

Sebelum acara pelatihan diakhiri, Abdurrahman membagi ilmu dan pengalaman bagaimana teknik agar domba dan kambing mudah digiring dari satu tempat ke tempat lainnya. Misal dari kandang ke armada. “Caranya gampang. Angkat saja domba dan kambing saat berjalan, maka insyaallah ia akan segera melaju tanpa tersendat.” Kata beliau sambil mempraktekkan.  Selain itu, beliau juga mengajarkan teknis merebahkan domba dan kambing dengan hanya menggunakan tenaga satu orang. “Anda bisa merebahkan domba dan kambing sendirian. Lalu ikat kakinya, tekan dengan kaki kiri Anda, lalu sembelih. Praktis kan?”  

Sebagai bonus, beliau juga mengajak peserta untuk mengintegrasikan usaha dan bisnis domba dan kambing dengan usaha ternak itik dan ayam kampung. “Jika beternak domba dan kambing jangan hanya itu. Tapi buka peluang lainnya seperti beternak itik atau ayam kampung,” serunya. Untuk itu, beliau mengajarkan beberapa ciri ayam kampung yang berpotensi menghasilkan telor dalam jumlah banyak. “Di antara ciri tersebut adalah: jarak antar tulang supit (ostium pubis) minimal 2 jari orang dewasa. Semakin lebar semakin bagus. Kemudian ciri berikutnya adalah: jarak tulang supit dengan tulang dada (baca: lebar perut) ayam minimal 3 jari orang dewasa. Semakin lebar semakin baik. Lalu ciri berikutnya, kepala berbentuk lonjong, punggung rata (baca: bukan cembung bukan cekung) dan shank alias kaki bawah ayam betina berbentuk pipih.”



Semoga setelah acara ini generasi muda di Sumenep bisa secara mandiri membuka peluang-peluang usaha dan bisnis baru di sekitar mereka. Harapannya mereka bisa lebih berdaya di bidang ekonomi. Nah, jika warga semakin berdaya di bidang ekonomi, insyaallah upaya pendangkalan aqidah dan juga upaya ‘mutasi’ agama yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu akan bisa digagalkan. Semoga. (AA)

Senin, 27 Agustus 2018

LUAR BIASA!!!! TERNYATA PELATIHAN BUDIDAYA KELOR (MORINGA OLEIFERA) VARIETAS MADURA DI LENTENG SUMENEP DIBANJIRI RATUSAN PESERTA


LUAR BIASA!!! ACARA SOSIALISASI BUDIDAYA MARONGGHI (MORINGA OLEIFERA) SI POHON AJAIB (THE MIRACLE TREE) VARIETAS MADURA OLEH TEAM DOSEN UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) DIBANJIRI RATUSAN WARGA SUMENEP
By Abdurrahman Arraushany*

Sumenep (26/8/2018).  Pulau Madura kembali membuktikan kehebatannya. Bagaimana tidak. Pulau yang sebelumnya hanya dikenal sebagai Pulau Garam, Pulau Sapi, dan Pulau penghasil “Emas Hijau” (baca: tembakau), kini dan di masa yang akan datang sangat mungkin bisa dianugerahi sebutan baru yang cukup bergengsi: THE MIRACLE ISLAND alias PULAU AJAIB.

Mengapa begitu? Sebab di pulau yang terkenal ‘hot’ karena temperatur yang cukup tinggi dengan curah hujan yang rendah (bulan hujan 4-5 bulan saja dalam setahun) ternyata juga menjadi habitat yang sangat cocok bagi tumbuh-kembang tanaman Marongghi atau Kelor, Si Pohon Ajaib (The Miracle Tree).  Fakta tersebut diungkap oleh dosen Universitas Negeri Malang (UM) Jatim, Dr.Hendra Susanto, SPd, M.Kes, Ph.D pada Ahad malam, Tanggal 25 Agustus 2018.  Beliau menyatakan, “Di Madura tanaman kelor sangat mudah dijumpai. Dan telah menjadi bagian dari kehidupan warga baik untuk pangan (food), pakan (feed) dan juga obat. Khasiat dan kehebatan tanaman kelor ini sudah dibuktikan melalui riset para peneliti baik di dalam dan luar negeri, di mana secara empiris maupun klinis tanaman yang berasal dari Pegunungan Himalaya (India, Pakistan, Bangladesh dan Afganistan) terbukti mampu menyembuhkan lebih dari 300 jenis penyakit pada manusia dan hewan ternak.  Dan yang sangat menggembirakan bagi kita semua bahwa berdasar hasil uji laboratorium di instansi kami beberapa tahun terakhir ini membuktikan bahwa kelor terbaik yang ada di wilayah Nusantara adalah kelor yang berasal dari Pulau Madura, khususnya di Desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.”



“Betul. Tanaman yang sudah lama dibudidaya warga Madura tersebut sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Namun saya sendiri ragu bahwa khasiat, guna dan manfaat luar biasa dari tanaman kelor ini sudah diketahui banyak orang. Termasuk oleh masyarakat di Madura sendiri. Untuk itu, atas dorongan moral sebagai bagian dari civitas akademika yang wajib melaksanakan tri dharma perguruan tinggi (pengajaran, riset/penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) maka pada malam hari ini kami team dosen dari Universitas Negeri Malang (UM) melakukan sosialisasi tentang kelor, khususnya kelor varietas Madura,” imbuhnya. 



Benarkah mutu kelor dari Madura lebih rendah dibanding kelor dari daerah lain? Beliau mencoba meluruskan anggapan yang beredar di masyarakat.  Dosen dari Fakultas MIPA UM yang lulus S1 dari Pendidikan Biologi UM (2004) dan Magister Biomedik Universitas Brawijaya Malang (2007) yang menjadi ketua Team Sosialisasi dan termasuk putera daerah asli Sumenep pun memberi jawaban tegas, “Tidak benar. Saya ulangi, bahwa tidak benar jika ada pihak-pihak tertentu yang mengatakan bahwa produk olahan kelor yang berasal dari Pulau Madura mengandung logam berat sehingga tidak laik konsumsi dan bisa membahayakan kesehatan konsumen. Jika ada yang terus menebar opini negatif tentang kualitas kelor Madura maka kami sarankan agar berkenan menghentikan upaya tersebut dan bersedia mendiskusikan lebih lanjut dengan para peneliti di UM Malang!”


Di beberapa daerah di Indonesia, tanaman hebat ini memiliki sebutan berbeda, di antaranya: Murong (Aceh), Kerol (Buru), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo), Kawona (Sumba) dan Ongge (Bima). Bagaimana dengan khasiatnya? Tentu saja sama. Yakni sama-sama maknyusss.  Seperti apa hebatnya tanaman kelor ini? Dr.Hendra menyampaikan, “Daun Kelor mengandung gizi dan nutrisi yang sungguh luar biasa, di antaranya: mengandung vitamin C sebanyak 7 kali lipat dari buah jeruk, Kalsiumnya 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan susu, potassiumnya 3 kali lipat daripada pisang, asam amino essensial di dalamnya juga lebih banyak daripada protein dalam susu, serta vitamin A-nya lebih baik dari wortel.  Di samping itu, batang, kulit batang, dan akar juga terbukti mampu mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit seperti kencing manis (diabetus millitus), sariawan, kanker, hepatitis, meningkatkan kinerja otak, meredakan gejala rematik, mencegah osteoporosis, mengobati rabun senja, penyakit jantung, meluruhkan batu ginjal, obat tetes mata, menurunkan demam dan panas pada anak-anak, mengatasi sembelit, mengobati biduran, obat cacingan, mengatasi eksim, mencerahkan kulit, menyuburkan rambut dan bergudang-gudang khasiat dan manfaat positif lainnya,” Tambahnya.  

Nah, dari sini tak heran kan jika Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Kelor (Sunda) atau Marongghi (Madura dan Manado) sebagai tanaman ajaib alias the miracle tree?!

Sebelumnya, Dr.Sunaryono, SPd, M.Si selaku pemandu acara “Pelatihan Budidaya Kelor Varietas Madura Di Kabupaten Sumenep,” juga menyampaikan bahwa tanaman kelor di beberapa daerah di Nusantara telah dijadikan sebagai pangan (food), pakan (feed) dan obat. Acara sosialisasi tersebut sedianya dihadiri oleh 4 dosen UM, namun karena satu dosen berhalangan hadir maka akhirnya dihadiri oleh 3 dosen UM. Acara terlaksana sebagai wujud Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Negeri Malang. Untuk optimasi pelaksanaan usaha dan bisnis tanaman kelor di Madura ke depan maka Team Dosen UM tersebut menggandeng PT Alami Moringa Plantation.  Untuk menarik minat peserta, acara yang berlangsung Pukul 18.30 wib hingga Pukul 23.00 wib sengaja ditempatkan di Sekretariat Paguyuban Petani Laskar Jokotole mengambil tema, “Kelor varietas Madura sebagai sumber pangan hayati dan biomaterials terbaharukan dan upaya penanggulangan kasus rawan pangan, gizi buruk dan inovasi advance biomaterials Engineering.” Antusiasme warga pun terbukti. Acara keren tersebut mampu menyedot lebih dari 130 orang warga Madura terutama dari Desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep untuk hadir dari awal hingga acara berakhir.

Adalah fakta bahwa tanaman kelor sudah lama ada dalam kehidupan warga Madura. Tanaman yang masuk jenis leguminosa ini biasanya sengaja ditanam warga untuk dijadikan tanaman pagar dan atau tanaman rambatan untuk budidaya tanaman Cabe Jamu/Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl). Adapun pemanfaatan lainnya dari tanaman kelor adalah untuk dijadikan sayuran (daun dan buah muda) guna memenuhi asupan gizi warga sehingga terhindar dari aneka penyakit, serta sebagai pakan untuk memenuhi kebutuhan pakan dan nutrisi ternak terutama fase bunting dan menyusui.   

Pada kesempatan kedua, Dr.Achmad Taufiq, SPd, M.Si yang juga turut hadir dalam acara tersebut juga memberikan informasi berharga tentang tanaman kelor khususnya kelor varietas Madura. Beliau menginformasikan, “Ada dua varietas kelor di Pulau Madura, yakni Kelor Merah dan Kelor Biruh Daun (Bahasa Madura) atau Kelor Hijau. Dan dua-duanya sangat luar biasa. Hasil uji lab kami membuktikan bahwa tanaman kelor Varietas Madura sangat tinggi protein (Kelor Merah mengandung Protein Kasar [PK] 29,72%, sedang Kelor Hijau mengandung PK 32,87%), rendah lemak dan juga tinggi karbohidrat. Karena tinggi karbohidrat maka kalau kita makan sayur kelor kenyangnya lama.”

“Coba perhatikan!” Kata beliau sambil menunjukkan slide materi yang berisi data riset tentang kelor varietas NTT. “Dari data tersebut nampak bahwa Kelor Merah dan Kelor Hijau Varietas NTT kandungan PK-nya sebesar 23,68% dan 27,02%. Sedangkan kelor varietas Madur PK-nya 29,72% dan 32,87%. Pertanyaannya, bagus mana kelor Madura dan kelor NTT?” tanya beliau yang kemudian dijawab peserta secara serentak, “Langkung mapan Marongghi dari Medhureh!”  




Dr. Taufiq yang berasal dari Situbondo namun kakek moyangnya berasal dari Aengpanas Sumenep tersebut menambahkan, “Meski kelor ini nilai nutrisinya luar biasa, tetap ya kalau kita makan jangan hanya makan daun kelor saja. Jangan makan daun marongghi saja. Namun perlu juga dipadukan dengan bahan pangan lainnya seperti sumber karbohidrat (misal nasi beras atau jagung), protein nabati (seperti kacang panjang, otok karpes/kacang tunggak), protein hewani (di antaranya: daging, telor dan susu) dan juga lainnya. Supaya apa? Agar ngga ada yang mengira kita ini kambing!”  Pernyataan beliau kemudian diiringi gemuruh tawa ratusan peserta yang hadir sehingga suasana yang sempat silent akhirnya hidup kembali.    

Bagaimana dengan potensi pasar produk daun segar (fresh leaf) dan produk olahan dari tanaman kelor?  Saiful Romadon, SPd yang berasal dari Sampang dan merupakan bagian dari Team Marketing PT Alami Moringa Plantation memberikan jawabannya.

Pada kesempatan tersebut beliau membeberkan potensi pasar yang sangat menggiurkan dari daun kelor segar dan produk olahannya. “Lebih dari 19 juta warga Indonesia hari ini masih menderita kelaparan dan jutaan bayi di Indonesia mengalami kurang gizi. Oleh karena itu, kami optimis bahwa berapaun produksi daun segar dan produk olahan kelor di dalam negeri pasti akan terserap.”

Bagaimana dengan pasar luar negeri? Ternyata permintaan konsumen luar negeri akan daun segar daun kering, dan aneka produk olahan tanaman kelor juga tidak boleh dianggap remeh. “Selain pangsa pasar dalam negeri, kami juga sudah mencoba menembus pasar luar negeri terutama ke Taiwan, Hongkong, Eropa dan Timur Tengah. Nah, saat ini, sudah ada permintaan ke kami sebesar 40 ton serbuk daun kelor kering setiap bulannya untuk pasar Timur Tengah saja. Untuk apa mereka mengimpor serbuk kelor dari kita? Mereka kaya dan telah sadar gizi. Maka mereka menggunakan kelor yang kaya gizi dan rendah lemak untuk dijadikan sebagai bahan baku pakan ternak yang super sehat. Pertanyaannya kemudian, dari mana kami mendapat pasokan bahan baku? Terus terang kami belum sanggup untuk menggarapnya sendirian. Oleh karena itu, mari kita bersinergi. Mari kita bekerjasama untuk menangkap peluang yang sangat menggiurkan tersebut.”

Sebelum sesi tanya jawab dibuka oleh pemandu acara, kesempatan bicara diberikan kepada Waris, Putera Haji Nurdi, seorang pengusaha yang bergerak di bidang olahan kelor dari Sentra Pengolahan Daun Kelor dan Kopi Racik Cabe Jamu. Waris menyampaikan, “Di bawah bendera CV Nurul Jannah yang beralamat di Jalan Raya Pamekasan Sumenep KM 18 Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep bapak saya, Haji Nurdi, mengajak warga sekitar rumah untuk sama-sama menanam kelor dan mengolahnya menjadi aneka produk untuk mendulang untung bersama dari budidaya tanaman kelor.”  

Berapa harga beli dari petani dan harga jual produk olahan ke konsumen? Waris memberikan bocoran jawabannya. “Kami membeli daun dan tangkai segar kelor di tingkat petani seharga Rp.2000,- per kg. Murah? Kelihatannya murah. Namun silahkan dihitung jika di lahan dan atau di pematang lahan Bapak dan Ibu ditanami kelor dan setiap kali panen mampu menghasilkan sebanyak 250 kg kelor segar. Berapa penghasilan yang bisa didapat? Yup, Rp.500 ribu!!! Berapa penghasilan Bapak dan Ibu jika luas areal penanaman kelor secara intensif seluas 10 hektar? Belum lagi penghasilan lain dari usaha yang bisa disinergikan dengan pohon kelor ini seperti menanam cabe jamu, lada dan atau vanili. Apakah potensi fulus maknyuss ini akan kita sia-siakan?”

“Berapa harga jual produk di kami? Untuk kapsul serbuk daun kelor satu botol isi 60 kapsul kami bandrol dengan harga Rp.50.000,- Sedangkan teh daun kelor dengan berat 15 gram dibandrol dengan harga Rp.20-25 rb per pcs. Menggiurkan kan potensi money-nya?”

Mungkin di antara Anda ada yang penasaran terkait berapa banyak jumlah daun kelor segar yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg serbuk daun kelor kering? Ada yang sudah tahu jawabannya? Ada yang mau tau jawabannya? Waris pun tak segan membocorkan jawabannya, “Bahwa untuk menghasilkan 1 kg daun kering, dibutuhkan setidaknya 6 kg daun kelor segar.”

Sekarang kebayang kan di benak Anda, berapa kg jumlah daun kelor segar yang dibutuhkan untuk menghasilkan 40 ton daun kering untuk memenuhi kebutuhan pasar Timur Tengah untuk pakan ternak sehat? Berapa kah jumlah pohon kelor yang harus ditanam untuk memenuhi kebutuhan tersebut?”






Abdurrahman, peserta yang berasal dari CV Midasi Jaya Bersama-Pamekasan yang ikut hadir pada acara tersebut angkat bicara memberikan beberapa pertanyaan dan masukan bagi team dosen dan peserta yang hadir. “Kami datang jauh-jauh dari Pamekasan ke Sumenep berharap mendapat inspirasi dan motivasi tentang usaha dan bisnis baru di bidang tanaman pangan dan pakan ternak. Dan alhamdulillah malam ini, di tempat ini, kami benar-benar bersyukur. Sebab, kami mendapatkan apa yang kami mau dan kami inginkan. Namun, kalau diijinkan memberi masukan kepada bapak-bapak dosen dan panitia acara ini, alangkah baiknya jika segera dibuat dan disampaikan ke kami berkaitan dengan Standard Operational Procedure (SOP) terkait usaha dan bisnis tanaman kelor ini, baik terkait teknik budidayanya, teknik pemanenannya hingga teknik pengolahan dan pemasaran produk dari tanaman kelor ini.  Untuk apa SOP dibuat? Jelas, agar kita semua yang tertarik dengan tanaman kelor ini bisa memastikan produk yang kita hasilkan memenuhi mutu yang ditetapkan perusahaan. Juga yang terpenting, produk yang dijual perusahaan, yang salah satunya berasal dari kami, mutunya senantiasa terjamin sepanjang waktu sehingga konsumen end-user merasa puas dan bersedia menjadi alat promosi hebat dalam pemasaran produk dan jasa: M2M alias mouth to mouth atau mulut ke mulut.”

“Kami di Pamekasan, insyaallah, juga sedang mengaktivasi para peternak-petani yang bergabung dalam Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) DPC Pamekasan untuk senantiasa menanam Hijauan Pakan Ternak (HPT) Unggul seperti Legum Indigofera dan Legum Kelor.” Pada kesempatan tersebut beliau kemudian meminta doa dari peserta yang hadir agar impian bersama mitra bisnisnya bisa diwujudkan segera, “Mohon kesediaan Panjenengan semua agar kami yang di Pamekasan bisa merealisasi impian kami tahun ini menanam 10 hektar HPT unggul dari jenis graminae/rerumputan, leguminosa/kacang-kacangan dan dedaunan. Dan 3 dari 10 hektar yang akan kami tanami kami khususkan untuk menanam tanaman kelor. Sisanya untuk tanam Mengkudu si buah ajaib dan aneka jenis tanaman pakan domba dan kambing lainnya.”

Abdurrahman juga menanggapi pernyataan Dr.Hendra terkait beberapa pihak yang sengaja melakukan black campaign terkait dengan kelor Madura. Beliau menyatakan, “Terkait dengan pihak yang menjelek-jelekkan kelor dari Madura, kami akui memang ada. Dan kami pun mengalaminya sendiri ketika lebaran kemarin berkesempatan bertemu dengan pihak yang dikenal masyarakat luas sebagai produsen kelor di Indonesia. Mengapa beliau melakukan kampanye negatif terkait dengan kelor Madura? Apakah karena kompetisi bisnis? Apakah beliau ingin sukses dan bahagia sendirian tanpa mengajak penduduk Indonesia yang lain?” Setelah menghentikan pertanyaan retorisnya, beliau kembali melanjutkan, “Sikap tidak fair (not fair play) dalam bisnis tersebut tentu memberi pengajaran kepada kita agar kita mampu menjadi pengusaha tangguh dan sukses di masa mendatang. Apa pengajarannya? Di antaranyaa: Silahkan Anda naik meraih kesuksesan, namun ngga perlu Anda menginjak dan menyikut kawan dan lawan. Jika mampu, silahkan Anda bersinar terang menyinari dunia dengan kehebatan Anda, namun tolong jangan tutup cahaya kawan dan lawan Anda sehingga objek yang dijelek-jelekkan untuk sementara waktu menjadi terlihat gelap di mata masyarakat. Sebab, yakinlah suatu saat kebenaran pasti akan datang dan kebathilan serta kedzaliman pasti akan kalah dan sirna.”

Sebagai penutup, Dr.Sunaryono, SPd, M.Si mengajak kepada peserta yang hadir untuk segera action melakukan penanaman kelor. “Mari bersegera menanam kelor si Pohon Ajaib. Jadikan usaha tersebut untuk meraih harta, tahta, kata dan cinta sebagai modal untuk berbagi kepada sesama yang menghantar kita kepada kemuliaan.  Ingat ya Bapak/Ibu, seribu langkah perjalanan kita dimulai dari langkah pertama. Sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil. Pohon beringin yang tumbuh menjulang, berasal dari benih yang sangat kecil. Oleh karena itu, mari kita dengan sabar menjalani prosesnya. Sedikit demi sedikit, jika kita konsisten menanam, insyaallah akan menjadi menjadi bukit juga.”

Beliau pun mengingatkan peserta tentang quote Bob Sadino yang sangat luar biasa tentang perlunya segera action dalam bisnis, “Mari kita segera bergerak. Sebab, bisnis yang baik itu adalah bisnis yang dikerjakan, dievaluasi dan di-follow-up-i, bukan hanya bisnis yang ditanyakan terus tiada henti.”  

Semoga harapan team dosen UM Malang tersebut bisa segera mewujud menjadi nyata. Aamiin.

Ayo generasi muda Madura dan Indonesia, kalian pasti bisa!!!   

--------- -------
Sebagai tambahan info, acara study lapangan dilaksanakan Hari Ahad Tanggal 26 Agustus 2018 di CV Nurul Jannah, Sentra Pengolahan Daun Kelor dan Kopi Racik Cabe Jamu, Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kab.Sumenep

==========
*Abdurrahman Arraushany, nama pena dari Abdul Rohman, SPt; PNS yang mengampu Jabatan Fungsional Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak Ahli) Muda Di UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dan Ketua HPDKI DPC Pamekasan Periode 2018-2023 M. Beliau turut hadir dalam acara tersebut.

NB
Bagi yang membutuhkan materi power point acara dimaksud bisa menghubungi WA 0813 2231 3395