Senin, 30 Juli 2018

SELAMATKAN SDGH INDONESIA DENGAN LANGKAH NYATA


#SAVE SDGH INDONESIA
UNTUK KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN PENDUDUK
INDONESIA DAN DUNIA
By Abdurrahman Arraushany*

Coba ingat-ingat lagi, adakah pesan yang belum tersampaikan dan tertunaikan di dalam kehidupan Anda? Yakni suatu pesan yang disampaikan oleh seseorang kepada kita, yang pihak tersebut menghendaki agar kiranya dengan pesan tersebut kita mampu menjelma menjadi sosok insan unggul dan hebat yang akan membawa kebaikan bagi kehidupan dunia yang lebih baik di masa mendatang.

Siapa pun kita, pastilah pernah memiliki amanah untuk menyampaikan pesan (massage), baik yang sifatnya (1) penting dan mendesak, (2) penting tetapi tidak mendesak, (3) tidak penting namun mendesak, dan (4) tidak penting dan juga tidak mendesak. Sebagaimana yang diharapkan oleh kebanyakan orang, kita akan berupaya menunaikan pesan yang sifatnya 1, lalu 3, kemudian 2 dan baru melakukan yang 4.  Yang namanya pesan harus ditunaikan, jika tidak bisa bikin bisulan. Hiks.  

Bagi penulis sendiri, ada begitu banyak pesan yang hingga hari ini masih diupayakan untuk ditunaikan. Di antaranya adalah pesan dari Ibu Ir.Rachmiati “Amie” Djuddawi, sang ‘mantan’ Koordinator Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) Kementerian Pertanian, kepada kami, peserta Diklatsar Wasbitnak  Ahli Bulan Mei-Juni 2013 di BBPP Noelbaki Kupang NTT.  Banyak pesan yang beliau sampaikan kepada kami, namun yang paling penting dan perlu segera ditunaikan adalah: #Selamatkan SDGH Indonesia dengan langkah nyata. 

PUBLISH OR PERISH

Pasca pelaksanaan Diklatsar di Kupang, penulis diperintahkan untuk hijrah ke sebuah pulau yang terkenal dengan kualitas garamnya yang oke punya, pulau yang menghasilkan emas hijau alias daun tembakau terbaik di Nusantara, pangan masyarakatnya yang lekat dengan jagung dan singkong, serta sebagai dikenal sebagai gudang sapi di Jawa Timur dan Nasional. Nah, Anda pasti telah mengenal pulau tersebut! Yup, pulau tersebut tak lain dan tak bukan, oleh masyarakat Jawa Timur dikenal dengan sebutan Pulau Madura.

 DOMBA 'EG' SAPUDI 
Domba ini berasal dari Timur Tengah dan diduga merupakan keturunan Domba "EG"Awassi yang produktif sebagai penghasil daging dan susu. Di Indonesia, Domba Sapudi dikenal sebagai domba penghasil daging yang cukup baik. Jika dipelihara secara intensif dengan pakan lengkap (complete feed) domba ini mampu menunjukkan kinerja pertambahan berat badan harian (Pbbh) antara 80-220 gram per ekor per hari.

Sebagai seorang pendatang, tentu siapapun kita, termasuk penulis sendiri, akan memiliki pikir dan rasa berbeda dengan penduduk asli/lokal setempat yang sudah belasan, puluhan, bahkan ratusan tahun mendiami suatu pulau. Di antara contoh wujud dari pikir dan rasa terhadap Madura tersebut, salah satunya yang dialami Ibu Maya Rohmah, SKM, seorang cerpenis dan marketer (bisnis online), yang mengolahnya menjadi sebuah tulisan ‘cantik’ sehingga menghantar memenangi Juara I dalam “Lomba Menulis Resensi Tentang Madura” yang diadakan Perpusda Pamekasan tahun 2016, salah satu perpustakaan daerah terbaik di Jatim. Padahal beliau orang Sunda dan hijrah ke Madura karena ikut sang suami menjalankan tugas mengabdi kepada negara dan masyarakat.

Bagi penulis sendiri, walau dirasa pahit awalnya, namun hijrahnya penulis ke Madura membawa berkat dan berkah tersendiri. Dan itu sangat patut untuk disyukuri. Bagaimana tidak. Selain bisa secara langsung mempraktekkan ilmu peternakan yang didapat di kampus dengan real menjadi peternak domba, kambing, sapi dan ayam asli/lokal Nusantara, pada diri penulis juga muncul keberanian untuk membagi ilmu dan pengalaman kepada peternak lain dengan berikhtiar menjadi ‘konsultan’ bagi beberapa peternak di Madura dan Malang Jawa Timur, di  Kintap-Tanah Laut Kalsel dan di Serang-Banten.  

Selain itu, dengan aktivitas yang jauh lebih ringan jika dibanding saat bertugas di Kanpus di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Jalan A.Yani 202 Surabaya, maka kesempatan emas tersebut juga penulis gunakan untuk membuat jejak peradaban dengan berkarya menelorkan buku dengan beragam topik.  Buku karya penulis yang telah diterbitkan dan diharap mampu memberi inspirasi dan motivasi kepada generasi muda Indonesia berjudul ESTELAPETE. Buku tersebut berisi tips dan trik agar Anda dan siapapun bisa lolos test CPNS hanya sekali coba.

 ESTELAPETE, SEKALI TEST LANGSUNG PECAH TELOR
Buku yang ditulis berdasar pengalaman penulis dalam meraih Impian menjadi seorang PNS di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

Bagi beberapa rekan dan konsumen yang telah membaca buku tersebut, ESTELAPETE sangat penting dibaca dan dimiliki generasi muda Indonesia, mengingat masih banyak dari mereka yang mengidamkan menjadi seorang PNS, khususnya lewat jalur umum alias test CPNS.  Isi buku tersebut berhasil mendedah beberapa persiapan yang perlu dilakukan agar bisa lolos test CPNS tanpa suap dan tanpa nyogok hanya sekali coba saja. Buku tersebut tergolong unik karena berhasil menggabungkan antara ikhtiar langit dan bumi dalam satu upaya sehingga mampu menghantar seseorang meraih impian. Sebab, keberhasilan atau kemenangan apapun, termasuk menjadi PNS, memang sangat mencintai persiapan.   La vittoria ama la preparazione (Italian, pen).

Berkarya dengan menulis sebuah buku kemudian mati? Insyaallah, tidak. Setelah satu buku selesai, di celah-celah pelaksanaan tugas dan pekerjaan kantor, penulis kemudian menelorkan lagi buku kedua yang diberi judul 12 DOSA BESAR PETERNAK DOMBA DAN KAMBING. Sesuai judulnya, buku tersebut berisi 12 ‘dosa besar’ alias kesalahan fatal yang sering dilakukan - atau justru ditinggalkan - peternak domba dan kambing di negeri ini, terutama peternak pemula, sehingga usaha dan bisnis peternakan yang diterjuninya sulit meraih keberhasilan/kesuksesan. Sebagai info, saat tulisan ini dibuat, buku kedua penulis sedang dalam proses cetak di salah satu penerbit di Jogjakarta. Mudah-mudahan proses tersebut bisa segera kelar sehingga bisa lebih cepat dibaca masyarakat. Buku tersebut diharapkan bisa membantu peternak dombing agar bisa meraih sukses dan kebahagiaan hidup dari usaha dan bisnis peternakan dombing baik di sektor hulu, budidaya (on farm), hilir dan juga pemasaran.

KAMBING KERAP 
Di Pulau Madura, budaya kerapan ternak memang sudah mendarah daging. Selain sapi, kerbau, dan kelinci yang lebih dulu dipakai sebagai ternak kerapan, kini ternak domba dan kambing pun tak ketinggalan. Seekor kambing Kerap dipatok mulai harga Rp.1,5 Juta hingga Rp.65 juta rupiah.  

Bagaimana dengan pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagai seorang Pejabat Wasbitnak Ahli di UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur?  Pelaksanaan kegiatan pelatihan dan atau workshop kepenulisan dan jurnalistik serta bergaul dengan beberapa penulis level daerah, regional dan nasional, baik di jalur fiksi maupun non fiksi, sungguh sangat membantu.

Dari beberapa kegiatan pembelajaran di dunia jurnalistik dan kepenulisan tersebut maka penulis mendapat istilah yang memiliki ‘daya ledak’ luar biasa dalam kehidupan penulis. Apa itu? Yup, publish or perish. Apa artinya? Terjemahan bebasnya lebih kurang: publikasikan atau tenggelam/musnah.

Nah, dengan semangat itulah maka saat pelaksanaan tugas dinas luar, terutama pelaksanaan Kegiatan Uji Performans Sapi Madura di kelompok peternak, maka penulis memiliki kepekaan dan sensitivitas yang semakin meninggi berkaitan dengan keanekaragaman tanaman dan binatang ternak di Jawa Timur, khususnya di Pulau Madura dan pulau sekitarnya.

Jika penulis menjumpai tanaman dan binatang ternak yang unik, yang memiliki warna tubuh dan atau bunga yang menarik, atau memiliki perbedaan dibanding dengan tanaman atau binatang ternak yang dikenal sebelumnya, pasti penulis berusaha agar tidak terlewatkan begitu saja. Prinsipnya: cekrek-cekrek (baca: photo-photo) dulu, tulis-tulis kemudian. Ambil dokumentasinya terlebih dahulu, baru ketika ada waktu luang atau bila gairah menulis sedang meluap alias lagi punya mood, maka penulis bersegera membuat tulisan artikel atau tulisan lain untuk kemudian disimpan dan atau di-publish dengan segera.

Mengapa kita perlu membuat tulisan dan mendokumentasikan pengalaman hidup kita dalam bentuk tulisan? Mari kita mengingati diri, bahwa apa yang orang tahu, belum tentu kita ketahui. Dan apa yang kita ketahui, belum tentu orang lain juga telah mengetahuinya. Oleh karena itu, sungguh mulia jika kita menulis apa yang kita ketahui kemudian mempublikasikannya, dengan harapan agar orang lain juga mengetahui. Tulisan model ini isinya lebih condong bersifat informatif.  

AYAM GAOK, SI 'PELUNG' DARI PULAU MADURA 
AYAM GAOK bersuara panjang bak Ayam Pelung dari Tanah Pasundan. Yang membedakan dengan Ayam Pelung, Ayam Gaok memiliki daging putih dengan lemak kekuningan persis dengan Ayam Broiler/Pedaging yang sudah dikenal masyarakat luas. Sosoknya yang besar dan gagah menjadi alasan ayam ini terpilih sebagai tetua untuk mencipta AYAM UNGGUL NUSANTARA. Upaya mulia tersebut dilakukan oleh Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor.   

Semangat publish or perish di bidang SDGH, ternyata berlaku juga bagi diri kita sendiri. Imam Al-Ghazali, ulama yang sekaligus seorang penulis yang sangat produktif, seperti Kitab Ihya Ulumuddin, pernah berpesan, “Kalau Anda bukan anak Raja, dan Anda bukan anak Ulama besar, maka jadilah penulis!” Lama penulis merenungi quote keren tersebut. Dan baru betul-betul ngeh setelah beberapa artikel penulis nangkring di website Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dan Website Persma Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (UnSoed) Purwokerto Jawa Tengah, dan memberi efek material dan sosial, terutama berkait dengan personal branding diri penulis.  

Menulis dan menjadi seorang penulis, bagi kebanyakan orang memang sulit. Namun bagi orang yang memegang prinsip yang dipegang Ulama Muhaddits terkenal seperti Ibnu Hajar Al-Asqalani - namanya bermakna: Anak Batu dari Negeri Asqalan - nama salah satu daerah di Palestina modern, yang dulunya menjadi bagian dari Daulah Khilafah - maka menulis bisa sangat mudah dilakukan, dan menjadi penulis tidak lah sesulit yang dibayangkan.

Anda penasaran mengapa penulis Kitab menulis Kitab Bulughul Maram dikenal sebagai ‘anak batu’ dari negeri Asqalan? Kisah singkat ini mungkin bisa memberi inspirasi. Adalah fakta bahwa beliau oleh orangtuanya pernah dikirim ke pondok pesantren untuk mendalami Islam.  Karena merasa otaknya  ‘bebal’, maka beliau kemudian kesulitan untuk menghafal dan memahami pelajaran-pelajaran yang diberikan Sang Guru. Di puncak kegalauan, beliau kemudian memutuskan untuk kabur dari ponpes dan berkelana ke mana saja yang penting bisa menjauh dari ponpes. Di tengah perjalanan, beliau merasa kehausan sedangkan air yang dibawanya tak tersisa setetes jua pun. Lalu beliau menjumpai goa dan menemukan sumber mata air. Uniknya, beliau mendapatkan pemandangan yang luar biasa, yang berasa sebagai ‘ilham’. Apa sesuatu yang dianggap luar biasa tersebut? Tak lain, pandangan tersebut tertuju kepada sebuah batu yang sangat keras namun ternyata berlubang yang disebabkan oleh tetesan air dari atasnya.

Dari eureka yang didapat dari pengamatan beliau terhadap batu, maka beliau kemudian berpikir, “Jika batu yang keras saja bisa berlubang ketika tertetesi air terus menerus (di Sunda ada istilah yang artinya mirip, yakni ci karacak ninggang batu, laon-laon jadi legok), maka otakku pasti juga akan bisa difungsikan jika terus menerus tanpa lelah diberikan maklumat tsabiqah alias ‘informasi sebelumnya’ secara terus menerus.” Akhirnya, dengan semangat Badar, beliau kemudian memutuskan untuk kembali ke ponpes. Dari perjuangan beliau yang berlelah-lelah belajar, maka di kemudian hari beliau menjadi ulama besar di bidang hadits.

Nah, serupa dengan kegiatan menulis. Anda dan saya akan mudah menulis dan menjadi seorang penulis jika kita tahu kuncinya. Apa kunci menulis mudah? Apa kunci menjadi seorang penulis? Gola Gong, Pendiri Rumah Dunia dari Lebak Banten dan penulis Aku Anak Matahari, di beberapa karyanya pun membeberkan rahasianya. Apa itu? Beliau mengatakan, “Agar kita bisa menulis dan menjadi seorang penulis maka kuncinya cuma ada 3: menulis, menulis dan menulis.”  

Sepertinya guyonan, bukan? Tetapi percayalah kawan, bahwa Anda dan saya, atau siapa pun orangnya,  TIDAK AKAN PERNAH MENJADI SEORANG PENULIS dan menghasilkan karya berupa tulisan jika kita tidak pernah menulis. Hal yang sama juga berlaku untuk yang lainnya. Jika Anda mau jadi seorang pilot, ya kendarai dan jalankan pesawat terbang! Anda mau jadi petani? Ya terjuni usaha dan bisnis di bidang pertanian. Untuk jadi peternak? Ya masuki usaha dan bisnis peternakan! Sesederhana itu!

Tapi, sebentar, bukankah kita sering mengalami kebuntuan saat menulis? Harus diakui bahwa tak sedikit di antara kita yang sudah memiliki semangat menulis yang luar biasa dan ingin menghasilkan karya berupa tulisan. Betul? Namun, dan ini banyak dikeluhkan terutama oleh penulis pemula, bahwa ketika kita sudah duduk di depan laptop/PC, maka ide dan pemikiran yang sebelumnya berseliweran di kepala tetiba menghilang tanpa bekas. Dampaknya? Tentu kegiatan menulis yang kita lakukan menjadi stag alias mandek. Menulis satu paragraf, dibaca lalu karena merasa ngga PD tulisan tersebut kemudian dihapus. Menulis lagi satu kalimat, kemudian dibaca, dan diganti lagi. Begitu seterusnya. Terus begitu hingga duduk berjam-jam belum ada satu karya berupa artikel atau satu bab buku pun yang kita hasilkan. Huff.

Oke, Anda mau tau penyebabnya dan berharap mendapat solusi jitu?! Ehem. Yuk kita jlentreh-kan! Sependek pengalaman saya, kegiatan menulis PASTI akan stag alias mengalami kemandekan disebabkan oleh KESERAKAHAN kita! Maksudnya? Yakni kita melakukan 2 TUGAS atau KEGIATAN sekaligus dalam waktu yang bersamaan: menulis dan mengedit.  Padahal se-HARUS-nya, SEMESTI-nya dan se-KUDU-nya, dua kegiatan tersebut kita pisahkan dengan pemisahan yang jelas dan gamblang.

Perlu diketahui oleh siapa pun bahwa saat kita melakukan kegiatan menulis, maka FUNGSIKAN OTAK KANAN alias otak kreatif. Sedangkan saat melakukan kegiatan editing pasca kegiatan menulis maka FUNGSIKAN OTAK PAK POLISI, OTAK PAK HAKIM ATAU OTAK KIRI. (Maaf, bukan bermaksud untuk mengejek dan menghina bapak-bapak yang terhormat. Itu cuma sebagai contoh saja. Bahwa orang dari dua institusi tersebut umumnya memang bertugas untuk: menilai, menghitung, menghakimi, menjatuhkan punish kepada seseorang atau sesuatu. Jika salah, maafkan lah).   

Nah, saat dua hal tersebut dilakukan, yakni proses menulis dan proses editing, dalam waktu bersamaan, maka PASTI MENULIS AKAN STAG, dan kegiatan yang sebenarnya sangat menyenangkan menjadi berubah drastis menjadi kegiatan yang sangat menyebalkan. Kadang, menulis juga seolah berasa menjadi salah satu bentuk hukuman di Penjara Guantanamo yang sangat mengerikan.  Ngga percaya? Buktikan saja!

So, bagaimana solusinya? Karena kita sudah mengetahui faktor penyebabnya maka solusinya ya tidak jauh dari penyebabnya. Yakni menarik napas dalam-dalam, bayangkan apa yang mau ditulis, dan bersegera menulis. Apapun yang ada di kepala Tuan/Nyonya, ya tuangkan saja dengan segera. Saat kegiatan kreatif berlangsung kita tak usah memikirkan tata bahasa, kesalahan ketik, enak atau tidak saat dibaca, nyambung atau enggak, bagaimana EBI (dulu EYD)-nya, dan lain sebagainya. Tugas pertama kita adalah menulis apa yang ada di pikiran. Pokok e, menulis saja. Pokoknya, tendang saja bolanya! Ngga perlu banyak mikir. Nah, pada waktu ini, kuantitas tulisan lebih diutamakan daripada kuantitas tulisan. Jumlah kalimat dan paragraf yang kita hasilkan lebih penting dari kualitas tulisan.
Setelah tulisan diproduksi dan di-save, silahkan Tuan/Nyonya meninggalkannya untuk beberapa waktu. Bisa beberapa menit, jam, atau beberapa hari. Sesuka Anda. Tapi usahakan jangan hitungan minggu, takutnya kalau kelamaan Anda akan melupakannya. Hehehe.

Nah, misalnya, Anda bisa meninggalkannya untuk sementara waktu seperti melaksanakan Sholat Dluha, atau bikin teh manis, atau menggoreng Pisang Kepok, atau bisa juga melihat ayam-ayam yang sehat dan gemuk di kandang Tuan/Nyonya. Atau bisa juga Anda ‘sambi’ dengan membersihkan kandang domba dan kambing di belakang rumah. Yang penting, kita memberi jeda.

Setelah itu apa? Setelah jeda diambil, maka kembali lagi ke tulisan yang sudah kita tulis tadi. Untuk apa? Nah, di moment kedua ini kita bisa menghadirkan Pak Polisi dan atau Pak Hakim untuk melaksanakan tugasnya. Proses kegiatan editing baru dilakukan, seperti bagaimana struktur kalimatnya? Bagaimana huruf besar dan kecilnya? Sudah nyambung belum antara satu kalimat dengan kalimat lainnya? Sudah sinkron belum paragraf yang satu dengan paragraf yang lainnya? Dan lain sebagainya. Intinya, di tahap kedua ini kita mencoba men-dandan-i dan mempercantik tulisan kita agar lebih menarik dan lebih enyaakkkk untuk dibaca orang. Ngga mau kan pembaca Anda yang udah menuangkan waktu untuk membaca tulisan Anda akhirnya kuciwa alias kecewa?! Bagaimana jika ternyata mengecewakan orang lain? Dosa tau! 

Nah, setelah kegiatan editing selesai, penulis menyarakan agar kiranya Anda bersegera mem-publish! Kenapa? Tentu agar tulisan kita bisa dibaca dan dinikmati pembaca.  Adapun berkaitan dengan tujuan kita menulis tentu harus diingati hatta sebelum tulisan kita produksi. Yakni apakah kita menulis untuk memberi hiburan, memberi informasi baru, memengaruhi, atau membangkitkan pembaca?

Dengan segera mem-publish tulisan kita maka cepat atau lambat maka pasti kita akan mendapatkan hadiah terbaik. Apa itu? Hernowo, Penulis Buku Mengikat Makna, saat mengisi Pelatihan Jurnalistik di Fisipol UNPAD Tahun 2004 mengatakan, “Hadiah terbaik bagi seorang penulis bukanlah honor atau uang. Namun, punya pembaca!”

Ke mana kita mem-publish karya kita? Apakah publikasi harus ke media cetak? Di era now, ya jelas tidak harus ke media massa cetak kita mem-publish tulisan-tulisan kita.  Masih banyak chanel publikasi yang bisa kita masuki. Tapi, seandainya, jikalau, misalnya, (hehehe.....maaf ditulis lebay untuk memberi efek agar nampak lebih strongg) tulisan kita bisa tembus ke media cetak sih wajib disyukuri. Bagaimana jika tidak bisa tembus? Ya tetap perlu di-syu-ku-rin. Hehehe.  

Selain ke media massa cetak, agar karya kita dikenal netizen, maka kita bisa mengirimkannya ke portal-portal online, ke website lembaga di mana kita bertugas, atau di website personal pun oke. Jika tidak memungkinkan, minimal kita publish di blog pribadi kita sendiri. Misalnya saja seperti yang saya lakukan di Blog @Peternak Pembelajar. Saya berusaha mengumpulkan tulisan-tulisan saya yang tercecer di beberapa website ke dalam Blog personal agar lebih mudah dalam pencarian saat dibutuhkan. Juga dijamin ‘keselamatan’ dokumen, dengan syarat kita tidak menghapusnya.

Nah, itu berlaku bagi para pejuang angka kredit (AK) seperti para pejabat fungsional ya. Hehehe. Tapi bagi yang lain, tulisan bisa langsung di-publish di medsos seperti akun Facebook (FB), Fanspage (FP), WA, Group FB, juga ke Group WA, tweeter, Instagram, Google+, dll.

Bagaimana tips dan trik agar kunjungan ke website dan blog kita tinggi? Ini yang harus Anda lakukan! Selain penggunaan judul yang menarik, lalu intro yang cihui, maka pastikan isinya mampu memecahkan problem yang dialami netizen. Kemudian saat Tuan/Nyonya nge-share tulisan, ya jangan versi lengkap (full version). Tetapi memberi TS atau captions sekedarnya, lalu menyertakan link tautannya saja.  Dengan strategi tersebut, sebagai contoh, maka tulisan yang saya share di FP @Juragan Wedhus Madura mampu tembus di angka yang cukup fantastis. Sebagai contoh, postingan saya berjudul Adakah Yang Mau Jadi Pengusaha Domba dan Kambing? Postingan tersebut dilihat lebih dari 7423 netizen, dikoment 98 kali dan di-share sebanyak 29 kali. Sedang postingan berjudul Kelor, Pohon Ajaib Untuk Kita dan Ternak  lebih gendeng lagi. Postingan tersebut telah dilihat lebih dari 14 113 kali dan di-share lebih dari 60 kali.  Bahkan yang bikin saya panas dingin gemeteran adalah postingan saya berjudul Rejuvenasi Petani yang merupakan tulisan hasil copy paste (copas) dari guru saya, Kang Rendy Saputra, yang buku karyanya berjudul Muda Mulia berdiri rapi di rak buku di perpustakaan keluarga bersama buku-buku keren karya Kang Ipho “Right” Santoso. Sampai tulisan ini dibuat, postingan saya di akun FP tersebut telah dilihat 47.486 kali oleh netizen, dikomentari lebih dari 100 kali dan di-share lebih dari 200-an kali. Wow!  

Itulah salah satu strategi yang saya gunakan untuk meningkatkan traffic kunjungan dan respon dari netizen ke website atau blog atau Fanspage yang mem-publish tulisan-tulisan kita.  Bisa dipahami?  

 MENGKUDU SUKUN
Si Buah Ajaib ini berbeda dengan mengkudu lokal. Jika Mengkudu lokal banyak biji (150-250 biji per buah seberat 150-200 gram/bh), maka Mengkudu Sukun dengan berat mencapai 250-350 gram/buah hanya dihuni 40-75 biji saja/buah. 

 RUMPUT ODOT 
Rumput ini sedang naik daun. Dengan tampilan pendek (hanya setinggi 1 meter, banyak anakan dan terbukti mampu meningkatkan produksi susu pada domba dan kambing perah maka rumput ini digemari oleh peternak di Nusantara. 

 RUMPUT LAMPUNG
Rumput ini sekilas mirip Rumput Kinggrass/Rumput Raja/Kolonjono. Namun, faktanya berbeda. Jika R.Raja berbulu banyak dan berasa gatal, maka R.Lampung relatif tidak berbulu dan agak kurang gatal. Karena produksinya paling tinggi dibanding jenis rumput unggul lainnya, rumput ini menjadi pilihan utama beberapa peternak di Pulau Madura.

Panduan Pengelolaan SDGH

Agar berjalan terarah dan mampu meraih tujuan yang diharapkan, maka panduan pelaksanaan pengelolaan SDGH wajib ada, perlu dipahami kemudian dijadikan rambu-rambu ketika pelaksanaan action di lapangan.

Apa saja panduan yang kita butuhkan dalam pengelolaan SDGH? Karena penulis seorang Muslim, dan Islam menjadi pilihan lebih dari 85,2% penduduk negeri ini, maka panduan utama dan pertama dalam pengelolaan SDGH tentu saja adalah Al-Quran dan As-Sunnah.

Di dalam Al-Quran, Allah swt menyatakan bahwa:

QS.Ali-Imran [3]: 062. Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.063. Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.

QS.Al-Baqarah [2]: 026. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, 027. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

QS.Al-Baqarah [2]: 204. Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. 205. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

QS.Al-Baqarah [2]: 011. Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." 012. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

Beberapa ayat di atas adalah contoh sindiran dan peringatan dari Allah Sang Pencipta dan Pengatur makhluk (alam semesta, manusia dan makhluk hidup lainnya [flora wa fauna]) kepada orang-orang yang menutup hatinya terhadap keimanan kepada Allah dan Hari Kemudian, dan juga kepada kebenaran yang datangnya dari Allah dan disampaikan oleh utusan yang dikenal dengan sebutan Nabi dan atau Rasul. Orang-orang yang menutup hati tersebut dalam terminologi Islam dikenal dengan sebutan orang kafir.

Islam jelas melarang umatnya untuk merusak tanaman dan binatang ternak. Yang diperintahkan adalah sebaliknya, yakni melakukan perbaikan-perbaikan dan amal sholih lainnya. Dan di antara contoh upaya melakukan perbaikan dan beramal sholih adalah menyelamatkan SDGH negeri ini. Untuk apa? Tujuan utamanya tentu sebagai wasilah untuk penyediaan pangan bagi penduduk negeri ini dan juga dunia.

QS.Al-Baqarah [2]: 168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

QS.Al-Maidah [5]: 004. Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya".

QS.Al-Baqarah [2]: 058. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

QS.Al-An’am [6]: 141. Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 142. Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu, 143. (yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar, 144. dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

QS.An-Nahl [16]: 114. Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni`mat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.

QS.Thaha [20]: 051. Berkata Fir`aun: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?" 052. Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa; 053. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. 054. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.

Selain sebagai pangan, tumbuhan dan binatang ternak juga menjadi penyejuk dan penyenang bagi yang menanam, memelihara dan yang memilikinya. Dan sungguh, fitrah manusia memang menyukai akan hal ini.

Allah swt berfirman:

QS.Ali-Imran [3]: 014. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Adakah di dalam As-Sunnah/Hadits perintah untuk menanam aneka tanaman dan menyayangi binatang ternak? Tentu. Dan sangat banyak!  Di antaranya sebagai berikut:

Nabi saw bersabda,  
"Pada setiap sedekah terhadap mahluk yang memiliki hati (jantung) yang basah (hidup) akan dapatkan pahala kebaikan. Seorang Muslim yang menanam tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang kemudian dimakan oleh burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah.” (HR.Bukhari dan Muslim).

“Barang siapa yang memelihara kuda (binatang) di jalan Allah dengan penuh keimanan pada Allah dan yakin akan janji kebaikan-Nya, maka sesungguhnya makanan terhadap kudanya yang dikenyangkan, pemberian minuman kepada kudanya hingga puas, bahkan kotoran dan kencing (kuda) nya kelak akan ditimbang (sebagai kebaikan) pada hari kiamat.” (HR.Bukhari).

Selain dua panduan hidup Muslim tersebut, kita juga bisa menggunakan UU RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, untuk memandu langkah kita dalam penyelenggaraan usaha dan bisnis peternakan dan kesehatan hewan di negeri ini.  Kita juga bisa menjadikan Permentan Nomor 36/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Sistem Perbibitan Ternak Nasional untuk menyelenggarakan kegiatan pembibitan ternak di seluruh wilayah Nusantara.

Setelah kita menerjuni usaha budidaya (on farm) untuk pelestarian atau konservasi, pembibitan (breeding), pembiakan, penggemukan (fattening) dan pembesaran (rearing), maka diharapkan kita bisa ikut terlibat dalam upaya penetapan dan pelepasan rumpun atau galur ternak. Itu sebabnya, panduan Permentan Nomor 19/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak kiranya perlu dipahami betul.

Nah, jika kita punya kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan produksi dan peredaran benih dan bibit ternak, maka wajib bagi kita untuk memahami Permentan Nomor 42/Permentan/OT.149/3/2014 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak.  

Terakhir, agar sempurna pemahaman kita berkaitan dengan tatakelola usaha dan bisnis pembibitan ternak yang baik maka kita juga bisa melengkapinya dengan beberapa peraturan. Di antaranya: Permentan Nomor 101/Permentan/OT.140/7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik; Permentan Nomor 100/Permentan/OT.140/7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Perah Yang Baik; Permentan Nomor 102/Permentan/OT.140/7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba Yang Baik; Permentan Nomor 79/Permentan/OT.140/6/2014 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Asli dan Ayam Lokal Yang Baik; serta Permentan Nomor 99/Permentan/OT.140/7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Itik Lokal Yang Baik.

Nah, peduli terhadap SDGH daerah sudah. Menulis dan mem-publish tulisan pun sudah. Action beternak, berkebun tanaman buah dan bertani tanaman pangan, bunga, obat, rempah dan bumbu juga sudah dilakukan. Terus apa lagi?  Penulis memberi nasihat kepada diri penulis sendiri dan juga jamaah sekalian (hehehe....kayak sedang ngisi khutbah jumat, ya?), agar kiranya Allah swt memberi kesehatan dan waktu kepada kita sehingga bisa terus beramal sholih yang didasari iman kepada Allah dan Hari Kemudian.  Amal sholih tersebut insyaallah bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga untuk keberlangsungan kehidupan umat manusia di Indonesia dan dunia. Dengan amal itulah kita berharap bisa mewujudkan misi kemanusiaan kita di bumi: beribadah dan menjadi Khalifah (baca: pemimpin, pengganti, pengelola, dan pemakmur) di bumi. Aamiin.

------------------
NB

Allah swt menjadi saksi bahwa karya tulisan ini menjadi salah satu wujud nyata penulis dalam upaya penyelamatan Sumber Daya Genetik Hewan/Ternak (SDGH) Indonesia. 

#Save SDGH, Sekarang Juga! 
(Jangan lupa sematkan tagar tersebut di setiap tulisan kita)

Siap action?!


========
*Abdurrahman Arraushany merupakan nama pena dari Abdul Rohman, SPt, seorang Pejabat Fungsional Pengawas Bibit Ternak [Wasbitnak] Ahli Muda di UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.  Selain sebagai PNS, penulis juga seorang penulis buku, konsultan peternakan, dan supplayer ternak dan hijauan pakan ternak (HPT) unggul jenis graminae, leguminosa dan dedaunan. Selain itu, penulis juga didaulat sebagai Ketua Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) DPC Pamekasan Periode 2018-2023 M.