Minggu, 19 Maret 2017

ALPU: BUKTI INDONESIA SEBENARNYA MAMPU MENCETAK AYAM KAMPUNG PEDAGING UNGGUL KELAS DUNIA



Resensi Buku

ALPU: 
BUKTI INDONESIA SEBENARNYA MAMPU MENCETAK AYAM KAMPUNG 
PEDAGING UNGGUL KELAS DUNIA

Oleh Abdurrahman Arraushany*

Judul Buku
:
Ayam Kampung Pedaging Unggul
Nama   Pengarang
:
Dr.Ir.M.Aman Yaman, M.Agric.Sc
Nama Penerbit
:
Penebar Swadaya
Ketebalan Buku
:
IV + 132 Halaman
Cetakan
:
I (Edisi Revisi)
Tahun Terbit
:
2013

Menyedihkan. Hingga hari ini Indonesia masih saja mengimpor 100% Grand Parent Stock (GPS) Ayam Pedaging (Broiler) dan Ayam Petelur (Layer) dari negara lain untuk memproduksi Parent Stock (PS) dan Final Stock (FS) atau Commercial Stock (CS) yang digunakan sebagai sarana produksi unggas untuk menghasilkan daging dan telur ayam sehingga kebutuhan masyarakat akan protein hewani asal ternak bagi lebih dari 250 juta penduduk bisa tercukupi. 

Mengapa sejak merdeka hingga sekarang kita masih saja impor bibit GPS dan sebagian bibit PS ayam? Apakah Negara dengan penduduk terbesar ke-4 dunia kekurangan SDM? Apakah para ahli yang diluluskan lebih dari 60 fakultas dan atau prodi peternakan di dalam negeri dan ahli jebolan berbagai kampus bergengsi di Luar Negeri tak ada yang mumpuni? Apakah negara kita memiliki keterbatasan Sumber Daya genetik Hewan (SDGH) ayam asli/lokal Nusantara yang bisa dijadikan sebagai materi dasar dalam pembentukan Strain Ayam Lokal Pedaging/Petelur Unggul? 

METHODE DAN PRINSIP YANG DIGUNAKAN UNTUK MENCETAK AYAM LOKAL PEDAGING UNGGUL (ALPU)

Sekitar 14 tahun silam (Tepatnya di Tahun 2007), Dr. Tike Sartika dan Dr.Ir. Sofjan Iskandar dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor menerbitkan buku keren berjudul “Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya”. Di dalam buku tersebut disampaikan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 40 jenis ayam asli/lokal yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat dan telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan penduduk Indonesia seperti untuk menghasillkan daging, telur, sebagai hewan klangenan, hiburan, hias, suara, pelengkap perayaan tertentu dan budaya tertentu, dan yang lainnya.

Program dan kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan populasi, produksi, reproduksi dan produktivitas Ayam Asli/Lokal di Indonesia telah, sedang dan akan terus dilakukan baik oleh peternak unggas mandiri, kelompok/organisasi peternak unggas asli/lokal Indonesia (seperti HIMPULI), dan juga pemerintah/negara (Seperti Balitnak dan berbagai kampus Negeri seperti di Universitas Syiah Kuala - Banda Aceh). Namun walaupun begitu, sudah 70 tahun negara kita merdeka, kita belum juga mampu mencetak satu pun Strain Ayam Pedaging dan Petelur Unggul kelas dunia yang berasal dari pemanfaatan SDGH Ayam Asli/Lokal Indonesia.

Syukurlah ada 'aktivis kampus' dari Universitas Syiah Kuala – Banda Aceh yang seorang Dosen Fakultas Peternakan yang telah melakukan action dan bersedia membagi ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitiannya yang digunakan dalam mencetak Ayam Lokal Pedaging Unggul (ALPU). 

Membaca buku ini, saya jadi terikat potongan kehidupan saya di Tahun 2006 s/d 2009 ketika saya bergabung dengan PT Wonokoyo Jaya Corporindo Devisi Breeding Farm di Unit Farm Jabung, Unit Hatchery Singosari dan Unit Farm Singosari 1 – Klampok – Singosari Malang.  Secara singkat, apa yang pernah kami lakukan di perusahaan perunggasaan yang menguasai pangsa pasar Indonesia Wilayah Timur untuk mencetak FS/CS ayam pedaging Strain Hubbard Classic, Strain Hubbard Flex dan Strain Cobb ternyata ‘sama persis’ dengan apa yang dibeberkan di buku yang ditulis oleh Pak Dosen, Bapak Dr.Ir.M.Aman Yaman, M.Agric.Sc dalam upaya mencetak ALPU. 



ALPU merupakan nama yang dipopulerkan untuk membedakan antara Ayam Kampung Pedaging Asli/Lokal, Ayam Ras Pedaging (Broiler) dan ayam-ayam hasil Crossbreeding lainnya yang menggunakan Ayam Kampung sebagai pejantan ataupun sebagai induk yang di masyarakat dikenal dengan istilah Joper (Jowo Super)

Perbedaan ALPU dengan ayam lainnya adalah terletak apda asal-usul genetik dan teknologi pemuliabiakan yang diterapkan. ALPU dicetak melalui proses panjang dari induk dan pejantan yang telah melewati proses seleksi (selection program), termasuk progeni test (alias test kemampuan pejantan yang menjadi tetuanya yang dilihat dari kemampuan anak-anak yang dihasilkannya) pada setiap fase anak yang dilahirkan dan memenuhi kriteria sebagai ayam pedaging yang lebih produktif dibanding Ayam Asli/Lokal lainnya (termasuk dibanding dengan tetuanya).

Prinsip dasar dalam mencetak ALPU adalah melakukan seleksi terhadap induk dan pejantan Ayam Kampung secara berkelanjutan dengan kriteria eksterior ayam potong sehingga menghasilkan keturunan dengan tingkat produksi lebih baik dan karakteristik lebih seragam. Pelaksanaan program breeding-nya dimulai dengan melakukan seleksi bertahap dengan menggunakan parameter yang telah teruji berkorelasi positif dengan kriteria ayam pedaging.  Pemilihan parameter eksterior yang menjadi dasar seleksi ALPU juga telah dipertimbangkan atas dasar tujuan seleksi, nilai heritabilitas (angka pewarisan) suatu sifat, nilai ekonomis dari peningkatan sifat, korelasi antar sifat, biaya serta waktu yang dibutuhkan untuk suatu program seleksi.

Adapun sifat-sifat yabg bernilai ekonomis tinggi yang menjadi tujuan dari program seleksi ternak di antaranya adalah: fertilitas, daya hidup, bobot tetas, pertambahan bobot badan, bobot badan dewasa, masa dewasa tubuh, serta masa dewasa kelamin, tipe serta konformasi tubuh dan kualitas bulu/warna bulu.

Sedangkan prinsip dari methode seleksi ALPU adalah ukuran tubuh ayam pedaging yang sangat ditentukan oleh ukuran tubuh induk yang bermutu. Methode yang telah dilakukan oleh Pak Aman Yaman terbukti mampu menghasilkan ayam pedaging yang tumbuh lebih cepat (faster growing chicken) dibandingkan ayam Asli/Lokal yang seumur. Parameter eksterior yang digunakan yaitu luas tulang kepala, lebar punggung, panjang badan, kedalaman tubuh, lingkar paha dan berat karkas.

Umumnya kita mengetahui bahwa potensi genetik Ayam Kampung di Indonesia keberagamannya sangat tinggi. Di mana hal ini dipengaruhi oleh keberagaman mutu genetik sang induk yang disebabkan hasil kawin bebas antar ayam karena dipelihara masyarakat dengan pola ekstensif atau semi intensif, sehingga pekawinan tidak bisa dikontrol. Selain itu, tampilan performa Ayam Kampung Asli/Lokal di Indoensia juga sangat ditentukan oleh kecukupan nutrisi baik jumlah maupun mutu yang dikonsumsi ayam pada setiap fase kehidupannya. Di mana kebutuhan nutrisi ayam akan zat gizi ini sangat ditentukan oleh sifat tumbuh dan produksi ayam sehingga ekspresi genetik akan muncul secara optimal.

ALPU atau kandidat ALPU harus memiliki bagian otot paha dan dada yang sangat respon dengan kondisi nutrisi yang diberikan. Semakin tinggi nutrisi maka kedua jenis otot pada ALPU ini diharapkan bisa berkembang optimal.

ALPU yang dicetak Pak Aman Yaman dengan meggunakan methode tertentu yang dulu 'dirahasiakan' dan kini telah dibagikan kepada Anda dan pembaca lainnya, telah menghasilkan ayam pedaging unggul dengan tingkat keseragaman produksi lebih dari 80%. Sedangkan bentuk dan postur tubuh, warna kaki, bentuk pial, kecepatan tumbuh, keseragaman produktivitas dan bobot badan Ayam ALPU pun berbeda dengan Ayam Kampung pada umumnya.

Menurut Pak Aman, Ayam ALPU dibagi menjadi 2 kategori: ALPU Berat dan ALPU Medium. Perbedaannya terletak pada kecepatan tumbuh dan capaian tingkat keseragaman produksi dari total populasi ayam yang dipelihara.  

Keunggulan ALPU dibanding Ayam Kampung pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Ayam ALPU bisa dipanen di umur 6-14 minggu (dengan capaian rataan BB 780 gram sd 1.596 gram setiap ekornya). Bandingkan dengan umur yang sama Ayam Kampung umumnya hanya mencapai 667 gram sd 1.487 gram 
2.      Ayam ALPU memiliki keseragaman antara 83-86% dari total populasi (bandingkan dengan Ayam Kampung yang memiliki keseragaman [uniformity]  kurang dari 50%)
3.      Prosentase karkas mencapai 78,6% (bandingkan dengan Ayam Kampung yang hanya mencapai <60%)
4.      Harga daging dan telur ayam ALPU lebih tinggi (harga daging Rp. 45-47 ribu per kg daging dan telurnya mencapai Rp. 2.000 per butir). Bandingkan dengan Ayam Kampung yang harga dagingnya hanya mencapai Rp. 39-42 ribu per kg daging dan telurnya hanya dihargai Rp.1.600-1.800 per butir)
5.      Prosentase bagian karkas, terutama bagian dada dan pahanya, lebih dominan
6.      Karkas bagian belakang bagian badan sangat tebal
7.      Prosentase lemak abdomen (perut) sangat rendah
8.      Tekstur karkas kenyal padat dan serat ototnya halus
9.      Warna karkas segar kemerahan

Kelebihan Buku

Buku ini ditulis oleh seorang dosen Peternakan lulusan Nagoya University - Jepang yang mengambil konsentrasi kajian Genetika Aplikasi dan Ilmu Nutrisi Ternak. Sehingga isinya berasa sangat bergizi. Ketika ditampilkan dengan bahasa yang populer, hasil penelitian beliau bersama Tim yang biasanya menggunakan bahasa ‘serius’, berubah menjadi 'kudapan renyah' sehingga mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.

Kekurangan Buku

Buku ini tidak menjelaskan sama sekali jenis Ayam Kampung yang dijadikan sebagai tetua ayam ALPU. Sehingga informasinya seolah 'terputus'. 

Yang kedua, kekurangan buku ini masih saja fokus terhadap objek berupa ‘ayam lokal’ nya untuk dicetak menjadi ALPU.  Padahal, usaha untuk mencetak Ayam Lokal Pedaging atau Petelur Unggul Kelas Dunia membutuhkan lebih dari itu. Ketika kita hanya fokus ke objek ‘ayam’ nya maka mau tidak mau kita hanya mampu menggunakan pemikiran 'dangkal' dan atau pemikiran 'mendalam.' Tidak sampai kepada pemikiran 'cemerlang.' 

Untuk mewujudkan puluhan Strain Ayam Pedaging/Petelur Unggul Kelas Dunia bahkan mewujudkan Indonesia menjadi Pusat Bibit Ayam Dunia tentu membutuhkan pemikiran cemerlang, tak cukup hanya menggunakan pemikiran mendalam apalagi hanya pemikiran dangkal. 

Bagaimana mewujudkan pemikiran cemerlang? Tak lain kita menjawab 3 Simpul Pertanyaan Besar (al uqdatul Kubro) yang meliputi 3 pertanyaan mendasar (yakni dari mana 3 makhluk [alam semesta, manusia dan kehidupan] ini berasal, mau apa 3 makhluk ini ada di dunia, dan mau kemana 3 makhluk ini setelah kehidupan dunia). Dan pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan tersebut hanya bisa dijawab oleh aqidah.  Dengan aqidah yang jelas, maka  upaya mencetak produk unggul seperti mencetak Strain Ayam Pedaging/Petelur Unggul sehingga bisa dimanfaatkan demi kepentingan manusia di bumi adalah perkara mudah.

Aqidah menjadi dasar dari bangunan mabda (ideologi) yang diterapkan oleh suatu negara. Jadi jika kita mau mencetak Ayam Unggul Pedaging/Petelur Kelas Dunia, wajib bagi negara kita menentukan kembali secara terang-terangan mabda yang akan diterapkan di negeri ini: apakah menerapkan Mabda Islam dengan Aqidah Islamnya (mengingat 85,2% penduduk Indonesia beragama Islam), atau Mabda Kapitalisme dengan Aqidah Sekularisme (memisahkan agama dengan kehidupan) atau justru mengambil Mabda Sosialisme – Komunisme dengan Aqidah Evolusi dan Dialektika Materialisme. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka sampai kapanpun Indonesia hanya akan menjadi konsumen bagi bibit Ayam GPS, PS bahkan FS dari negara lain. Ngga mau hal ini terus berlangsung, kan?

Nah, di balik kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki buku ini, tentu kita perlu mengapresiasi upaya Pak Dosen yang telah berupaya untuk menginspirasi dan memotivasi masyarakat untuk bergerak bersama-sama sehingga ke depan Indonesia mampu mencetak ALPU bukan hanya 1 Strain, namun mampu mencetak lebih dari 34 Strain Ayam Unggul yang mewakili jumlah Provinsi di Indonesia. 

Semoga impian ini segera mewujud menjadi kenyataan.  Aamiin.

===========
*Abdurrahman Arraushany merupakan nama Pena dari Abdul Rohman SPt, seorang Wasbitnak Ahli Pertama di UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Sebelum menjadi PNS, beliau bergabung di PT Wonokoyo Jaya Corporindo (2006-2010) di Unit Farm Jabung (Jenis Layer Strain Ross), Unit Hatchery Singosari dan Unit Farm Singosari 1 (Jenis Broiler Strain Hubbard Flex dan Cobb)


Senin, 13 Maret 2017

Resensi Buku: GURIHNYA BERBISNIS KROTO

Resensi Buku

GURIHNYA BERBISNIS KROTO

Oleh Abdurrahman Arraushany*

 
Judul Buku : Budidaya Dan Bisnis Kroto Tanpa Modal Untung Besar
Nama Pengarang : Fajar Subekti dan Fadila F.Armadita
Nama Penerbit : Penerbit Padi
Ketebalan Buku : 102 Halaman
Tahun Terbit : 2014
Ukuran Buku : 17,5 cm x 24 cm

Di kebun sekitar rumah Anda ada Semut Rangrang? Anda pernah digigit? Bagaimana rasanya? Rasa gigitannya yang super pedas dari Semut Rangrang ini mungkin akan membuat Anda bersegera mengambil obat serangga Merk "Baygon" atau "Hit" agar hewan pecinta gula ini musnah dan tidak lagi menggigit Anda dan keluarga tercinta. Stop!!!! Jangan lakukan itu. Sebab Semut Rangrang dan 'bayi' nya ternyata bisa membuat kantong Anda menebal lho. Koq bisa? Manfaatkan saja Semut Rangrang ini sebagai predator bagi hama tanaman buah di kebun Anda, koloninya bisa Anda jual sebagai bibit Semut Merah bagi para penangkar dan bayinya yang bernama "kroto" bisa Anda jual sebagai pakan burung kicauan dan burung hias serta sebagai umpan para mancingmania. 


Kroto merupakan istilah Jawa yang digunakan untuk menyebut telur Semut Merah atau Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina). Bentuk kroto mirip dengan butiran nasi beras. Ukurannya hanya sekitar satu centimeter dengan diameter hanya lima milimeter. 

Kroto dipercaya memiliki kandungan protein tinggi sehingga biasa dimanfaatkan sebagai pakan berkualitas bagi burung kicauan dan burung hias. Burung kicauan yang diberi pakan menu kroto terbukti bersuara nyaring, jernih dan frekuensi kicauannya bertambah sering. Selain itu, kandungan vitamin dan asam amino pada kroto yang juga cukup tinggi terbukti mampu menjadikan bulu burung lebih sehat dan bersinar. 

Bertambahnya jumlah penggemar burung kicauan dan burung hias serta orang-orang yang hobi mancing (alias mancingmania) menyebabkan permintaan kroto di beberapa daerah menjadi sangat tinggi. Akibatnya eksploitasi kroto di alam pun tak bisa dihindarkan. Jika hal ini dibiarkan saja maka bukan mustahil keberadaan Semut Merah di alam akan kritis dan bahkan musnah. Dampak dari musnahnya Semut Rangrang barangkali belum banyak disadari oleh kita. Padahal jika itu terjadi efeknya lumayan mengerikan. 

Secara alami, Semut Rangrang merupakan predator bagi hama tanaman. Jika predator ini musnah tentu keseimbangan alam akan terganggu. Tanpa predator, maka hama tanaman (kutu buah, kutu daun, dan ulat) akan membludak. Dampaknya produksi tanaman pangan (termasuk buah-buahan) akan menurun dengan kualitas yang kurang baik. Jika ini terjadi, maka bencana ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa jelas tak akan bisa kita hindari. 

Oleh karena itu diperlukan upaya manusia yang telah ditunjuk Allah swt sebagai khalifah fil ardhi untuk memperbaiki kondisi alam dan kehidupan yang rusak dan atau menuju kerusakan kepada kondisi yang baik dan lebih menyejahterakan. 

Manusia dengan potensi akalnya pasti mampu untuk mengelola bumi. Jika eksploitasi kroto dari alam secara besar-besaran telah terjadi dan menyebabkan semakin langkanya Semut Merah dan menurunkan hasil tangkapan kroto, maka tak ada jalan lain kecuali kita berupaya meningkatkan populasi, produksi, reproduksi dan produktivitas Semut Merah. 

Upaya meningkatkan populasi, produksi, reproduksi dan produktivitas Semut Merah adalah dengan melakukan penangkaran, baik secara alami maupun secara buatan. Penangkaran secara alami dilakukan dengan menggalakkan program atau kegiatan untuk menanam tanaman buah atau hijauan pakan ternak di kebun atau lahan yang kita miliki. Dengan semakin banyak pohon yang kita tanam maka udara akan semakin bersih dan segar. Produksi buah secara mandiri di negeri kita jelas akan mengurangi upaya importasi buah-buahan dari luar negeri yang seringkali tercemar bakteri dan virus serta menggunakan zat-zat yang membahayakan manusia dan kehidupan.

Penangkaran secara alami dilakukan dengan memperbanyak koloni Semut Merah. Teknologi 'tertua' berkaitan dengan ini bisa ditemukan di China sekitar 2 abad silam. Petani buah di China menggunakan Semut Rangrang untuk mengatasi serangan hama tanaman buah. Yang dilakukan petani di Negeri Tirai Bambu adalah dengan memasang galah atau kayu penghubung antar pohon sehingga Semut Merah bisa berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dengan mudah. 

Jika koloni Semut Merah semakin banyak, maka produksi kroto juga akan semakin meningkat. Selain itu, pohon tanaman buah yang ada koloni Semut Rangrangnya ini terbukti mampu memproduksi buah lebih tinggi dengan rasa lebih manis dibanding pohon lain yang tanpa koloni Semut Merah. 

Sedangkan penangkaran buatan bisa dilakukan dengan membuat 'Farm Semut Rangrang". Media budidaya yang biasa digunakan oleh penangkar biasanya menggunakan stoples mika, tabung bambu, anyaman bambu (besek), kardus, pipa paralon (PVC), dan media lainnya. Tentu masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Di dalam upaya penangkaran Semut Merah secara buatan penulis buku ini menyarankan agar para penangkar mempelajari seluk beluk Semut Rangrang terlebih dahulu. Mengetahui detail kehidupan semut, apa yang menjadi kesukaan semut dan apa yang 'dibenci' semut juga sangat penting. Sebab, kegagalan penangkaran buatan berupa kematian semut yang cukup tinggi atau semut lari lebih banyak disebabkan oleh human error si penangkar. 

Keuntungan material dari bisnis Semut Merah dan kroto ini memang sangat menggiurkan dan berasa gurih. Namun sebaiknya para penangkar pemula atau peternak pemula jangan hanya tertarik dengan keuntungan materialnya tanpa mau berlelah-lelah menyiapkan diri dengan memiliki ilmu dan kecerdasan skolastik, komunikasi dan finansial yang akan sangat berpengaruh di dalam upaya meraih kesuksesan usaha dan bisnis kroto ini.
 
Ngomong-ngomong, ada yang tau harga kroto di pasaran? Di masing-masing daerah harga kroto memang bervariasi. Sebagai patokan biasanya harga kroto per kg berkisar antara Rp.180.000,- sd Rp.350.000,-  Jika Anda menangkarkan Semut Rangrang di toples mika berdiameter 10-12 cm, maka setiap 21-30 hari sekali Anda akan panen minimal 50 gram kroto. Berapa kilogram kroto yang akan Anda hasilkan jika Anda memiliki 10.000 toples? Silahkan dihitung sendiri ya.

Kelebihan Buku

Buku ini ditulis oleh Praktisi Semut Rangrang yang ada di Jogjakarta.  Nama lembaga yang dibentuknya adalah +KrotoJogja. Oleh karena itu, pembahasan masing-masing bab lumayan mendalam. Di samping itu, isi buku juga runut dari menjelaskan apa itu kroto, seperti apa Semut Merah dan pembagian kasta dalam koloni semut, kemudian teknik penangkaran yang berhasil hingga dilengkapi dengan analisa usaha pengangkaran Semut Rangrang. Dengan panduan buku ini, bagi Anda yang pemula sekalipun ketika menerjuni usaha dan bisnis ini insyaallah ngga akan mengalami kebingungan.

Kekurangan Buku

Buku ini masih 'percaya' dengan teori lama yang diyakini oleh akademisi dalam negeri yang mengatakan bahwa yang bisa bertelur dan memproduksi kroto adalah hanya Semut Ratu. Faktanya tidaklah begitu. Di luar negeri sudah lama diyakini dan dibuktikan bahwa Semut Ratu, Semut Pekerja dan Semut Prajurit yang berkelamin betina ternyata semuanya bisa bertelur dan menghasilkan kroto. Sedangkan semut jantannya hanya bertugas mengawini semut-semut betina (Semut ratu, Semut Pekerja dan Semut Prajurit). Tak ada tugas lainnya dari si semut jantan kecuali hanya kawin. Dan setelah melaksanakan tugas yang mulia tersebut semut jantan kemudian mati menghadap ilahi. 

================ 
*Abdurrahman Arraushany adalah nama pena dari Abdul Rohman, SPt. Seoran fungsional Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama di UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur













 


Minggu, 05 Maret 2017

PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIK HARAM, HANTUI MAYORITAS PENDUDUK INDONESIA


PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIK HARAM,
HANTUI MAYORITAS PENDUDUK INDONESIA

Oleh Abdurrahman Arraushany*

Misi hidup manusia adalah untuk menjalankan ibadah dan menjadi khalifah-Nya di bumi.
Sejak Rasulullah saw dan Sahabat yang mulia berhasil mendirikan Negara Islam Madinah hingga 1924 M, di sepanjang sejarahnya tersebut, ketika sistem pemerintahan Islam (al khilafah) diterapkan dalam kehidupan nyata, Islam benar-benar mampu tampil menjadi rahmat bagi semesta alam (Islam rahmatan lil alamin). Rahmat tersebut bukan hanya dirasakan oleh mereka yang muslim, tetapi juga non muslim, hewan, binatang, tanaman, dan lainnya.
Namun prahara kehidupan umat manusia terjadi setelah Khilafah berhasil dilenyapkan oleh orang-orang kafir dan antek-anteknya. Sejak saat itu, Daulah Islam yang semula wilayahnya sangat luas (menguasai 2/3 wilayah dunia saat itu, selain benua Amerika karena belum diketemukan) kemudian dikerat-kerat orang-orang kafir penjajah menjadi lebih dari 54 negara bangsa (nation state) yang kecil dan sangat lemah.
Kehidupan umat manusia - terutama kaum Muslimin - diliputi kehinaan. Hampir setiap hari kita menyaksikan di teve, surat kabar dan media massa lainnya bagaimana umat Islam di berbagai negeri dihinakan, dilecehkan, dibantai dan dimarjinalkan. Tengok lah di Poso, Myanmar, Palestina, Kashmir, Uighur-Xinjiang-China, Pattani-Thailand, Moro-Philipina, Suriah, Iraq, dan di berbagai belahan bumi lainnya. Lebih mengherankan lagi, pelecehan dan penghinaan terhadap Islam dan umat Islam itu ternyata juga sering terjadi di negeri ini yang mayoritas penduduknya Muslim (85,2%) dan menjadi negara berpenduduk Muslim terbesar dunia.
Kejadian memilukan yang bakal dialami Islam dan Umat Islam di masa depan sebenarnya sudah disampaikan Rasulullah saw. “Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Ahmad, Juz IV, hlm, 273, nomor hadits 18.430. Hadits ini dinilai hasan oleh Nashiruddin Al Albani, Silsilah Al Ahadits Al Shahihah, 1/8; dinilai hasan pula oleh Syaikh Syu’aib Al Arna’uth, dalam Musnad Ahmad bi Hukm Al Arna’uth, Juz 4 no hadits 18.430; dan dinilai shahih oleh Al Hafizh Al ‘Iraqi dalam Mahajjah Al Qurab fi Mahabbah Al ‘Arab, 2/17).
Sebagaimana khabar di atas, setelah masa Mulkan ‘Adlon (Bani Umayyah, Abbasiyah dan Ustmaniyah), maka dunia akan dipimpin oleh Mulkan Jabbariyah. Kapan Kepemimpinan Mulkan Jabbariyah berlangsung? Yakni setelah Khilafah berhasil dihapus oleh Kemal Atta Turk, orang keturunan Yahudi yang mengaku Muslim, yang beraksi dengan dukungan penuh Inggris dan sekutunya. Faktor penting inilah yang menyebabkan Khilafah runtuh, selain juga diakibatkan dari kelemahan internal umat Islam sendiri (seperti: lemahnya penanaman aqidah Islam, ditinggalkannya bahasa Arab, ditutupnya pintu ijtihad, silaunya Umat Islam dengan keberhasilan Barat dibidang pembangunan material dan teknologi, dsb).
Rasulullah saw pernah menyampaikan bahwa “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim). 
Ya, Muslim di manapun itu bagai satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit maka seluruh tubuh juga pasti ikut merasakannya. Namun, sayangnya umat Islam hari ini begitu lemah. Saat ini kita tidak memiliki Khalifah yang menjadi tameng dan menjadi pembela atas Islam dan umat Islam. Hari ini kita dipimpin oleh penguasa-penguasan ‘boneka’ yang enggan menerapkan syariah Islam secara kaffah (totalitas). Dan yang bikin kita semakin muak ternyata hari ini pemimpin kita hanya mencukupkan diri dan mencitrakan diri sebagai penguasa yang peduli dengan bekal kecaman sana-sini yang sungguh tiada arti. Jika memang peduli terhadap nasib Islam dan umat Islam, bukankah mengirim tentara yang akan menghentikan kepongahan orang-orang kafir lebih layak dan lebih cerdas untuk dilakukan olehnya?
Sebagai individu Muslim, sebagian kita mungkin peduli. Dan juga mengambil aksi. Sayangnya, secuil bantuan yang kita salurkan ternyata hanya menyelesaikan ranting masalah, bukan akar masalah. Tak sedikit juga umat Islam yang malah tidak peduli, apalagi membantu. Bahkan hanya sekedar bantuan doa saja ada yang tidak mau dan mampu melakukannya. Jika pun ada di antara kita yang berdoa, apakah yakin bahwa doa akan diterima dan dikabulkan Allah swt?
Masa sih doa kita tidak dikabulkan? Bukankah Allah berjanji pasti akan mengabulkan mereka yang berdoa kepadanya? Kenapa doa kita bisa tidak diterima oleh Allah swt? Itu karena dalam kehidupan kita, disadari atau tidak, disengaja atau tidak, dekat dan penuh dengan sesuatu yang haram dan najis. Mulai dari makanan/minuman yang kita konsumsi, obat-obatan yang kita gunakan, dan juga kosmetik yang kita oleskan atau kita semprotkan ke tubuh kita. Astaghfirullah.
KITA TERNYATA ‘TERBIASA’ DENGAN SESUATU YANG HARAM
Benarkah selama ini kita terbiasa dengan sesuatu yang haram? Mari kita check.
Saat bangun tidur dini hari kebiasaan sebagian besar kita adalah langsung membersihkan diri di kamar mandi. Kita menggosok gigi dengan menggunakan pasta gigi. Jika langsung mandi, kita menggunakan shampoo dan sabun mandi.

Selesai mandi, saatnya berdandan. Agar kulit tidak kering terutama kaum Hawa biasanya pakai lotion pelembab kulit. Juga krim pemutih wajah. Bagi kaum Adam, selain lotion dan parfum biasanya juga menggunakan minyak rambut.
Kegiatan selanjutnya adalah santap sahur atau sarapan pagi. Apa menunya? Tahu dan tempe? Nugget? Bakso? Semur daging? Opor ayam? Roti selai? Atau sekedar kue?
Ketika sakit kita disunnahkan untuk berobat. Ketika keluar rumah, kita juga terbiasa menggunakan jaket, ikat pinggang, sepatu, dompet, topi dan tas.
Sekarang silahkan dicheck barang apapun yang Anda pakai di atas. Pertanyaannya, sudah adakah ‘jaminan’ produk halal dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) sebagai wakil pemerintah? Jika belum ada - dan kemungkinan kebanyakan tidak ada - maka kita wajib WASPADA!!!
Jangan-jangan makanan/minuman yang kita konsumsi tidak halal dan tidak thoyyib. Jangan-jangan pangan kita tercampur dengan barang haram dan najis. Jangan-jangan yang kita masak bukan daging merah dari hewan ternak yang dihalalkan seperti sapi, domba, kambing, kerbau, atau kuda tetapi malah daging babi yang jelas keharamannya. Jangan-jangan ayam yang kita bikin opor tadi adalah ayam tiren (mati kemaren) yang jelas terkategori bangkai yang diharamkan. Jangan-jangan roti dan kue yang kita makan tadi dicampur khamer dalam proses pembuatannya supaya beraroma harum, berasa agak pahit dan sukses berongga/mengembang? Jangan-jangan ini dan itu. Naudzubillah.
Di antara kita mungkin ada yang juga terbiasa makan coklat, ice cream, permen, jelly dan snack. Apakah yakin bahwa gelatin hewani yang dipakai dalam pembuatan makanan anak-anak tersebut tersebut berasal dari sapi dan hewan ternak halal lainnya yang dipotong sesuai ketentuan syariah (putus 2 saluran pernapasan dan makanan di leher hewan)? Atau jangan-jangan berasal dari gelatin Babi? Siapa yang bisa menjamin?
Pernah minum obat ketika sakit yang dalam bentuk kapsul? Tahukah Anda kebanyakan kapsul tersebut terbuat dari gelatin Babi? Huek.
Bagaimana dengan sabun dan lotion yang kita pakai? Kita tahu dalam proses pembuatan sabun, bahan yang dibutuhkan adalah lemak alias minyak. Siapa yang bisa menjamin kalau sabun yang kita pakai terbuat dari lemak nabati (kelapa, zaitun, dll)? Bagaimana jika ternyata yang dipakai dalam proses pembuatan sabun adalah lemak/minyak babi?
Lotion juga begitu. Dulu sempat nge-trend lotion yang membuat kulit lembab, putih dan awet muda dengan Merk “Placenta.” Masih ingat? Benarkah lotion dengan merk ‘Placenta’ tersebut hanya sekedar nama atau justru benar-benar menggunakan placenta (ari-ari) dan ketuban dari manusia yang melahirkan yang dipercaya mengandung hormon estrogen level tinggi? Siapa yang bisa menjamin.
Bagaimana dengan jaket, tas, dompet, topi, sepatu, dan ikat pinggang Anda yang terbuat dari kulit? Jangan bangga dulu. Keren sih kelihatannya. Tapi bisa jadi itu bukan terbuat dari kulit hewan/binatang yang dihalalkan dagingnya untuk dimakan. Tapi terbuat dari kulit babi. Hati-hati merk “Gucci.” Jika barang itu asli dan impor, bisa dipastikan barang tersebut terbuat dari kulit babi. Huff.
Cukup? Ternyata belum.
Bagi Anda yang ahli hisab alias perokok, hati-hati dengan filter atau gabus yang berasa manis di lidah. Sebab tidak menutup kemungkinan filter tersebut sengaja dicampur dengan hemoglobin atau protein darah babi yang digunakan untuk menyaring atau meminimalisir racun kimia yang masuk ke dalam paru-paru Anda.
Menjelang lebaran, di antara kita banyak juga yang memermark rumah dengan jalan mengecat agar kelihatan baru dan lebih berwarna. Nah, ketika mengecat kita menggunakan apa? Kuas, dong. Nah, bagaimana jika kuas yang kita gunakan berasal dari bulu babi?
Ah ternyata babi yang najis dan diharamkan Allah dan Rasulnya sangat dekat dengan kehidupan kita. Bukan babi hidupnya sih, tapi produk-produk hasil pengolahannya. Dan untuk memperjelas wujud ‘makhluk BAB1’ ini setelah disembelih silahkan Anda tonton video yang disampaikan Christien Meindertsma, pengarang dari "Babi 05049" di TED. Masuk aja di Youtube. Dan siapkan diri Anda menerima kenyataan bahwa makhluk najis bernama BABI yang telah disembelih ternyata bagian-bagian tubuhnya bisa dibuat menjadi lebih dari 185 produk yang tidak berhubungan dengan daging babi. Dari peluru hingga jantung buatan manusia. Nah loh.
Jika kita uraikan semuanya di sini pasti semakin panjang saja daftar barang haram dan najis di sekitar kita. Mari kita cukupkan di sini.
Oleh karenanya, maka tak berlebihan kalau kita banyak memohon ampun kepada Allah swt atas kelalaian kita selama ini. Kita yang Muslim ini sering dikadalin terang-terangan sama orang-orang kafir.
ISLAM MENAWARKAN SOLUSI SECARA TUNTAS 
Penduduk Indonesia mayoritas Muslim. Lantas kenapa perusahaan-perusahaan yang memproduksi makanan/minuman, obat-obatan dan kosmetik yang sengaja mencampur benda haram dan najis yang bisa membahayakan kesehatan umat manusia dan jelas membawa dampak tidak diterimanya ibadah umat Islam karena jelas keharamannya terus kokoh berdiri dan bebas menjual produk mereka di negeri ini? Tidakkah penguasa negeri ini mengambil tindakan tegas atas pabrik tersebut?
Juga kenapa muslim yang 85,2% penduduk negeri ini seolah tak bisa berbuat banyak - dan cenderung pasrah - dibombardir produk-produk yang jelas diharamkan Islam karena tercampur dengan barang haram dan najis? Kenapa bisa begitu?
Tulisan ini barangkali bisa sedikit memberikan pandangan.  Menurut saya, penyebab dari semua hal di atas berpulang pada 3 hal, yakni:
1. Keimanan dan Ketaqwaan Individu Muslim yang rendah
Benarkah keimanan dan ketaqwaan Muslim Indonesia rendah? Sebelum hal itu kita sanggah, silahkan dijawab fakta berikut:
- HANYA 0,5% umat Islam di Indonesia yang bisa membaca alquran dengan baik (Republika, 16 Juni 2014)
- Lebih dari separoh penduduk Indonesia (54%) tidak bisa membaca alquran sama sekali (JPNN, 06 Juni 2016).
Data di atas tentu belum bicara mereka yang menghafal alquran, mengerti maknanya dan mengamalkan isinya. Pastinya jauh lebih rendah lagi. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ya allah ampuni kami ya Rabb.
Syaikh Taqiyuddin an Nabhany di dalam Kitab Syakhsiyah Islamiyah Jilid 1 memaknai Iman sedikit berbeda dengan yang dipahami kaum Muslimin umumnya. Menurut beliau iman adalah pembenaran secara pasti sesuai dengan fakta yang ada dan disertai dalil (aqli dan atau naqli).
Jadi bagaimana IMAN seseorang akan tinggi dan kuat jika alquran yang merupakan kitab yang diturunkan Allah swt kepada Rasulullah saw, yang makna dan lafalnya berasal dari Allah, dan membacanya adalah ibadah, yang merupakan pedoman hidup umat manusia yang dijamin kebenarannya dan dijaga sendiri oleh Allah swt, tidak pernah dibaca oleh umat Islam karena mereka tidak bisa membaca alias buta huruf? Tentu sangat sulit.
Sedangkan TAQWA biasa dipahami oleh kita dengan “Melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangan Allah swt.” Jadi bagaimana bisa BERTAQWA, lha wong mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang Allah swt dan rasul-Nya kita tidak tahu akibat kita tidak belajar Islam, tidak membaca alquran dan tidak menghafal hadits?
Kondisi di atas jelas berbeda dengan kondisi di fase awal kehidupan umat Islam dibawah naungan Negara Islam Madinah. Sebagaimana yang disampaikan Ust.Udo Yamin Majdi dalam Buku “Quranic Quotien” terungkap fakta bahwa ketika Negara Islam Madinah tegak kaum Muslimin hanya menempati 15% dari jumlah penduduk Madinah. Sedangkan 85% adalah non Islam (Yahudi, Nashrani dan Musyrik). Namun Umat Islam mampu menjadi penguasa Madinah yang menerapkan syariah Islam secara totalitas (individu, masyarakat dan juga negara) dan keamanan negara di tangan umat Islam.
Ternyata umat Islam kala itu yang jumlahnya sekitar 1.500 orang semuanya hafal alquran. Hanya 4 atau 6 orang saja yang tidak hafal alqur’an. Ditambah lagi umat Islam hidup bersama rasulullah saw. Artinya ketika ada pertanyaan terkait problem yang dihadapi manusia mereka bisa langsung menanyakannya kepada Rasulullah. Jadi wajar kalau umat Islam ‘garang’ bak Singa yang ditakuti lawan dan disegani kawan.
Bagaimana dengan kehidupan umat Islam sekarang? Tentu sangat jauh dari gambaran kaum muslimin di awal Mula Islam tadi. Oleh karena itu, jika kita mau membalik keadaan sekarang yang dipenuhi kehinaan menuju keadaan penuh kemuliaan maka tak ada pilihan lain kecuali dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita berlandaskan alquran dan assunnah.
Benar apa yang difirmankan Allah swt,

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [QS.An-Nisa’ : 59]
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para Shiddiqiin. orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” [QS.An-Nisaa’ : 69]
Rasulullah saw pun bersabda: Dari Katsir bin Abdullah dari ayahnya dari kakeknya RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. [HR. Ibnu Abdil Barr]
Sudah bukan rahasia lagi bagi seorang mukmin yang taat agama, bahwa ada kaidah syara berkaitan hukum benda yang berbunyi, “Hukum asal benda adalah mubah (halal) selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.” Sedangkankan berkaitan dengan amal (perbuatan) manusia terdapat juga kaidah syara yang berbunyi, “Hukum asal amal (perbuatan) adalah terikat dengan hukum syara (wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.”
Sungguh hampir semua benda yang ada di dunia ini mubah/boleh (yang artinya halal) kita gunakan untuk menunjang kehidupan manusia di bumi, kecuali sedikit yang diharamkan.
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. (QS. Al Maidah: 3)
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?. (HR. Muslim no. 1015)
Jadi yang halal jauh lebih banyak daripada yang haram.
Nah, ketika kita memahami - dan menghafal alquran dan hadits - maka pasti kita paham mana benda yang diharamkan Allah dan mana yang benda yang dihalalkan Allah swt. Dengan pemahaman tersebut, seorang mukmin akan bersikap dalam kehidupan yang fana ini.
Sikap hanya menerima yang halal dan menjauhi yang haram inilah wujud dari keimanan dan ketaqwaan seorang Mukmin. Jika mengambil sebaliknya, iman dan taqwanya pasti bermasalah.
2. Kontrol Masyarakat yang hilang
Hidup di sistem yang menerapkan Kapitalisme dengan aqidah sekularisme memang menyusahkan. Bagaimana tidak, dengan tuntutan pemenuhan keinginan - ingat bukan kebutuhan yach - yang sengaja diciptakan para Kapitalis dengan berbagai iklan menggiurkan, membuat kehidupan keluarga Muslim semakin lama semakin tergerus.
Banyak yang kemudian bilang, “Hanya mengandalkan penghasilan dari suami saja jelas tidak cukup.” Dampaknya? Untuk mengimbangi pengeluaran yang tak terkendali, seorang wanita terpaksa harus bekerja membantu suaminya dengan jalan bekerja supaya mendapatkan penghasilan tambahan. Dengan penghasilan tambahan dari pihak istri, diharapkan dapur tetap ngebul dan berbagai keinginan hati segera terpenuhi. Sayangnya memenuhi keinginan yang semakin hari semakin beragam jenisnya tersebut seperti minum air laut. Semakin diminum makin menambah haus saja.
Apa efek negatif jika seorang wanita yang mestinya menjadi istri bagi suaminya dan ibu serta guru bagi anak-anaknya malah menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja? Fakta membuktikan bahwa semakin ke sini kehidupan rumah tangga Muslim menjadi semakin kacau dan semakin balau. Anak-anak menjadi terlantar. Suami tak terurus dengan baik. Angka perceraian - yang dituntut pihak istri karena merasa sudah punya gaji sendiri - semakin meningkat. Adab anak-anak ke orangtua makin sirna. Hubungan dengan mertua semakin tidak harmonis. Saling sapa dengan tetangga menjadi sesuatu yang sangat langka. Semakin rusak. Bertambah parah.
Siapa yang bekerja di pabrik-pabrik milik Kaum Kapitalis yang kebanyakan non Muslim? Justru mayoritas perempuan. Dengan posisi elit (ekonomi sulit) sebagaimana di atas, bisa kita ‘maklumi’ jika karyawan perempuan tersebut berada pada kondisi ‘rentan’ jika harus menolak melakukan sesuatu yang diperintahkan pihak perusahaan. Seperti menambahkan atau mencampur benda atau bahan haram dan najis ke dalam produk yang diproduksi perusahaan. Meskipun jelas bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam yang dipahami dan diyakininya.
Keberanian pihak pekerja melaporkan ke pihak berwenang - dengan konsekuensi dipecat - jelas jarang dimiliki oleh muslimah kita. Jangankan Muslimah, pria pun kebanyakan tidak memiliki keberanian tersebut. Jika ada pun jumlahnya pasti tidak banyak.
Jika info ‘kejahatan’ di dalam pabrik tidak terekspos ke luar perusahaan, bagaimana mungkin masyarakat di sekitar pabrik akan protes dan melakukan demonstrasi menuntut penguasa agar menutup pabrik dan tidak melanjutkan proses produksinya?? Di sinilah diperlukan singa-singa pemberani. Orang-orang yang tak mengidap penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati).
3. Peran Negara Yang Tak Berfungsi 
Saat belajar PPKN kita diajari, “Indonesia bukan negara agama tetapi juga bukan negara sekular.” Masih ingat mantra tersebut? Sayangnya kita menelan mentah-mentah kalimat konyol tersebut saat itu. Kenapa disebut konyol? Bagaimana tidak disebut konyol, lha wong tidak jelas begitu dalam menentukan sikap. Apa istilah yang tepat? Yup, Hermaprodit.
Insyaallah saat ini kita tidak lagi berdiam diri. Sebagai Muslim Ideologis, pasti kita akan bertanya balik, “Jika bukan negara agama dan bukan juga negara sekular, lantas negara kita ini negara apa? Negara bukan-bukan?” Kira-kira reaksi guru kita bagaimana yach?
 
Jadi negara kita negara apa? Mari kita bahas bersama.
Pertama, diakui atau tidak Negara kita adalah negara demokrasi yang menerapkan kapitalisme-sekularisme. Negara Demokrasi ditandai dengan dipinggirkannya alquran dan assunnah dalam pengelolaan negara. Kedaulatan (hak membuat hukum) yang dalam Islam diletakkan di tangan Allah swt (alquran dan assunnah) kemudian dialihkan dan diserahkan kepada rakyat (baca: manusia). Dalam demokrasi kedaulatan ada di tangan rakyat (manusia). Inilah kesyirikan akbar yang banyak umat Islam tidak menyadarinya.
Selain itu, di dalam demokrasi juga ada mantra yang sangat membius manusia, yakni menjamin 4 kebebasan pada manusia, yaitu: 1).Kebebasan Beragama (beraqidah) 2).Kebebasan bertingkah laku 3).Kebebasan berpendapat dan 4).Kebebasan kepemilikan.
Kedua, selain demokrasi dalam bidang politik pemerintahan, negara kita juga menerapkan Kapitalisme dalam menjalankan roda perekonomiannya. Jika diibaratkan manusia, Kata Dwi Condro Triono , pakar ekonomi Islam, maka ekonomi kapitalisme secara singkat bisa dijelaskan sebagaimana berikut:
- Tubuhnya = pasar bebas (liberalisme)
- aliran darah = aliran uang kertas
- Jantung = lembaga perbankan
- Pemompa jantung = suku bunga.
Tentu saja Ekonomi Kapitalisme sangat bermasalah dalam pandangan Islam. Karena di dalam sistem ini peran negara diminimalisir bahkan dihapuskan sama sekali dalam pelayanan publik/masyarakat. Negara hanya tampil sebagai regulator dan wasit bagi pelaku bisnis.
Kenapa disebut Kapitalisme? Sebab di dalam ekonomi ini kebebasan kepemilikan (Kapital) menjadi sesuatu yang sangat menonjol. Karena kebebasan inilah maka negara kapitalis dan perusahaan kapitalis dunia bebas melenggang ‘menjajah’ ekonomi ke negeri-negeri lain, yang notabene negeri Muslim. Termasuk menjajah negeri ini.
Berdirinya perusahaan multinasional di negeri ini adalah fakta tak terbantahkan. Para penjajah ini datang hanya dengan membawa kertas-kertas yang sebenarnya tak berharga bernama dolar untuk ditukar dengan tenaga kerja murah kita dan bahan baku berharga milik kita. Kenapa mereka bertindak kejam? Karena mereka mengincar pasar gendhut di negeri ini yang sebanyak 250 juta orang demi meraup sebesar-besarnya keuntungan dengan biaya (cost) serendah-rendahnya. Masih ingat prinsip ekonomi yang diajarkan ke kita waktu sekolah dan kuliah kan? Itulah wajah buruk mereka yang tak banyak kita sadar.
Apakah bahan baku untuk proses produksi perusahaan multinasional di negeri ini 100% berasal dari dalam negeri Indonesia? Tentu saja tidak. Dan jika bahan baku produksi tidak bisa dipasok dari dalam negeri - seperti gelatin untuk pembuatan permen, jelly, dan penganan lainnya - tentu mereka akan mendatangkannya dari negara mereka. Gelatin dari tulang sapi bisa jadi mereka masukkan ke Indonesia. Tetapi siapa yang bisa menjamin gelatin tersebut 100% berasal dari sapi yang dipotong sesuai kaidah syara? Bagaimana kalau gelatin tersebut berasal dari babi yang banyak dipelihara di Barat?
Apakah penguasa negeri ini memiliki keberanian menindak perusahaan Kapitalis yang melanggar kepentingan umat Islam? Silahkan dijawab sendiri.
Ketiga, negara kita menerapkan sekularisme. Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Artinya jangan bawa-bawa agama untuk mengatur kehidupan manusia (ekonomi, politik, pergaulan, luar negeri, pendidikan, dlsb). Agama hanya boleh diposisikan sebagai agama ritual. Agama hanya ditempatkan dipojok privat individu. Oleh karenanya, bisa kita pahami bahwa bukan halal dan haram yang dijadikan asas dalam pemanfaatan dan penggunaan benda, tetapi manfaat-mudharat.
Barang atau benda produk pabrik akan tetap diproduksi perusahaan Kapitalis selama masih dianggap memberi ‘manfaat’ kepada perusahaan walaupun berstatus haram bagi mayoritas konsumennya, terutama umat Islam. Manfaat dalam kacamata Barat adalah minimal masih mendatangkan laba atau profit walau sedikit. Jikapun misalnya dengan mengkonsumsi barang tersebut masyarakat semakin rusak kesehatannya, bahkan rentan terhadap kematian bahkan mengalami kematian, maka sikap yang muncul adalah EGP (emang gue pikirin).
Inilah jahatnya sistem demokrasi, kapitalisme dan sekularisme.
Oleh karena itu, mari kita sebagai Muslim mengambil sikap cerdas. Tingkatkan dosis belajar Islam kita. Supaya kita tidak terkecoh dan terus dibodohi musuh-musuh kita. Aktifkan juga radar kepedulian kita terhadap sesama dan lingkungan. Dan jangan lelah untuk terus menyuarakan dengan lantang perjuangan #syariah dan #khilafah agar #islamrahmatanlilalamin bisa segera diwujudkan.
Jika itu tidak kita lakukan, maka takutlah kita bahwa Allah swt akan mengganti kita dengan umat yang lain. Sebagaimana firman Allah swt berikut: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Maa’idah [5]: 54).
Semoga Allah swt mengampuni kita dan mempercepat datangnya nashrullah sehingga Khilafah Rasyidah ala minhajin nubuwwah bisa segera tegak. Sebab Khilafah sudah terbukti mencipta kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat manusia dan memimpin dunia dengan keberkahan dan ridlo Allah swt.
Mari kita ulang kembali sejarah emas Khilafah!
======== 
*Abdurrahman Arraushany merupakan nama pena dari Abdul Rohman, SPt, seorang Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) Ahli Pertama pada UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur