Resensi Buku
GURIHNYA BERBISNIS KROTO
Oleh Abdurrahman Arraushany*
Judul Buku | : | Budidaya Dan Bisnis Kroto Tanpa Modal Untung Besar |
Nama Pengarang | : | Fajar Subekti dan Fadila F.Armadita |
Nama Penerbit | : | Penerbit Padi |
Ketebalan Buku | : | 102 Halaman |
Tahun Terbit | : | 2014 |
Ukuran Buku | : | 17,5 cm x 24 cm |
Di kebun sekitar rumah Anda ada Semut Rangrang? Anda pernah digigit? Bagaimana rasanya? Rasa gigitannya yang super pedas dari Semut Rangrang ini mungkin akan membuat Anda bersegera mengambil obat serangga Merk "Baygon" atau "Hit" agar hewan pecinta gula ini musnah dan tidak lagi menggigit Anda dan keluarga tercinta. Stop!!!! Jangan lakukan itu. Sebab Semut Rangrang dan 'bayi' nya ternyata bisa membuat kantong Anda menebal lho. Koq bisa? Manfaatkan saja Semut Rangrang ini sebagai predator bagi hama tanaman buah di kebun Anda, koloninya bisa Anda jual sebagai bibit Semut Merah bagi para penangkar dan bayinya yang bernama "kroto" bisa Anda jual sebagai pakan burung kicauan dan burung hias serta sebagai umpan para mancingmania.
Kroto merupakan istilah Jawa yang digunakan untuk menyebut telur Semut Merah atau Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina). Bentuk kroto mirip dengan butiran nasi beras. Ukurannya hanya sekitar satu centimeter dengan diameter hanya lima milimeter.
Kroto dipercaya memiliki kandungan protein tinggi sehingga biasa dimanfaatkan sebagai pakan berkualitas bagi burung kicauan dan burung hias. Burung kicauan yang diberi pakan menu kroto terbukti bersuara nyaring, jernih dan frekuensi kicauannya bertambah sering. Selain itu, kandungan vitamin dan asam amino pada kroto yang juga cukup tinggi terbukti mampu menjadikan bulu burung lebih sehat dan bersinar.
Bertambahnya jumlah penggemar burung kicauan dan burung hias serta orang-orang yang hobi mancing (alias mancingmania) menyebabkan permintaan kroto di beberapa daerah menjadi sangat tinggi. Akibatnya eksploitasi kroto di alam pun tak bisa dihindarkan. Jika hal ini dibiarkan saja maka bukan mustahil keberadaan Semut Merah di alam akan kritis dan bahkan musnah. Dampak dari musnahnya Semut Rangrang barangkali belum banyak disadari oleh kita. Padahal jika itu terjadi efeknya lumayan mengerikan.
Secara alami, Semut Rangrang merupakan predator bagi hama tanaman. Jika predator ini musnah tentu keseimbangan alam akan terganggu. Tanpa predator, maka hama tanaman (kutu buah, kutu daun, dan ulat) akan membludak. Dampaknya produksi tanaman pangan (termasuk buah-buahan) akan menurun dengan kualitas yang kurang baik. Jika ini terjadi, maka bencana ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa jelas tak akan bisa kita hindari.
Oleh karena itu diperlukan upaya manusia yang telah ditunjuk Allah swt sebagai khalifah fil ardhi untuk memperbaiki kondisi alam dan kehidupan yang rusak dan atau menuju kerusakan kepada kondisi yang baik dan lebih menyejahterakan.
Manusia dengan potensi akalnya pasti mampu untuk mengelola bumi. Jika eksploitasi kroto dari alam secara besar-besaran telah terjadi dan menyebabkan semakin langkanya Semut Merah dan menurunkan hasil tangkapan kroto, maka tak ada jalan lain kecuali kita berupaya meningkatkan populasi, produksi, reproduksi dan produktivitas Semut Merah.
Upaya meningkatkan populasi, produksi, reproduksi dan produktivitas Semut Merah adalah dengan melakukan penangkaran, baik secara alami maupun secara buatan. Penangkaran secara alami dilakukan dengan menggalakkan program atau kegiatan untuk menanam tanaman buah atau hijauan pakan ternak di kebun atau lahan yang kita miliki. Dengan semakin banyak pohon yang kita tanam maka udara akan semakin bersih dan segar. Produksi buah secara mandiri di negeri kita jelas akan mengurangi upaya importasi buah-buahan dari luar negeri yang seringkali tercemar bakteri dan virus serta menggunakan zat-zat yang membahayakan manusia dan kehidupan.
Penangkaran secara alami dilakukan dengan memperbanyak koloni Semut Merah. Teknologi 'tertua' berkaitan dengan ini bisa ditemukan di China sekitar 2 abad silam. Petani buah di China menggunakan Semut Rangrang untuk mengatasi serangan hama tanaman buah. Yang dilakukan petani di Negeri Tirai Bambu adalah dengan memasang galah atau kayu penghubung antar pohon sehingga Semut Merah bisa berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dengan mudah.
Jika koloni Semut Merah semakin banyak, maka produksi kroto juga akan semakin meningkat. Selain itu, pohon tanaman buah yang ada koloni Semut Rangrangnya ini terbukti mampu memproduksi buah lebih tinggi dengan rasa lebih manis dibanding pohon lain yang tanpa koloni Semut Merah.
Sedangkan penangkaran buatan bisa dilakukan dengan membuat 'Farm Semut Rangrang". Media budidaya yang biasa digunakan oleh penangkar biasanya menggunakan stoples mika, tabung bambu, anyaman bambu (besek), kardus, pipa paralon (PVC), dan media lainnya. Tentu masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Di dalam upaya penangkaran Semut Merah secara buatan penulis buku ini menyarankan agar para penangkar mempelajari seluk beluk Semut Rangrang terlebih dahulu. Mengetahui detail kehidupan semut, apa yang menjadi kesukaan semut dan apa yang 'dibenci' semut juga sangat penting. Sebab, kegagalan penangkaran buatan berupa kematian semut yang cukup tinggi atau semut lari lebih banyak disebabkan oleh human error si penangkar.
Keuntungan material dari bisnis Semut Merah dan kroto ini memang sangat menggiurkan dan berasa gurih. Namun sebaiknya para penangkar pemula atau peternak pemula jangan hanya tertarik dengan keuntungan materialnya tanpa mau berlelah-lelah menyiapkan diri dengan memiliki ilmu dan kecerdasan skolastik, komunikasi dan finansial yang akan sangat berpengaruh di dalam upaya meraih kesuksesan usaha dan bisnis kroto ini.
Ngomong-ngomong, ada yang tau harga kroto di pasaran? Di masing-masing daerah harga kroto memang bervariasi. Sebagai patokan biasanya harga kroto per kg berkisar antara Rp.180.000,- sd Rp.350.000,- Jika Anda menangkarkan Semut Rangrang di toples mika berdiameter 10-12 cm, maka setiap 21-30 hari sekali Anda akan panen minimal 50 gram kroto. Berapa kilogram kroto yang akan Anda hasilkan jika Anda memiliki 10.000 toples? Silahkan dihitung sendiri ya.
Kelebihan Buku
Buku ini ditulis oleh Praktisi Semut Rangrang yang ada di Jogjakarta. Nama lembaga yang dibentuknya adalah +KrotoJogja. Oleh karena itu, pembahasan masing-masing bab lumayan mendalam. Di samping itu, isi buku juga runut dari menjelaskan apa itu kroto, seperti apa Semut Merah dan pembagian kasta dalam koloni semut, kemudian teknik penangkaran yang berhasil hingga dilengkapi dengan analisa usaha pengangkaran Semut Rangrang. Dengan panduan buku ini, bagi Anda yang pemula sekalipun ketika menerjuni usaha dan bisnis ini insyaallah ngga akan mengalami kebingungan.
Kekurangan Buku
Buku ini masih 'percaya' dengan teori lama yang diyakini oleh akademisi dalam negeri yang mengatakan bahwa yang bisa bertelur dan memproduksi kroto adalah hanya Semut Ratu. Faktanya tidaklah begitu. Di luar negeri sudah lama diyakini dan dibuktikan bahwa Semut Ratu, Semut Pekerja dan Semut Prajurit yang berkelamin betina ternyata semuanya bisa bertelur dan menghasilkan kroto. Sedangkan semut jantannya hanya bertugas mengawini semut-semut betina (Semut ratu, Semut Pekerja dan Semut Prajurit). Tak ada tugas lainnya dari si semut jantan kecuali hanya kawin. Dan setelah melaksanakan tugas yang mulia tersebut semut jantan kemudian mati menghadap ilahi.
================
*Abdurrahman Arraushany adalah nama pena dari Abdul Rohman, SPt. Seoran fungsional Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama di UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar