LUAR BIASA!!! ACARA SOSIALISASI
BUDIDAYA MARONGGHI (MORINGA OLEIFERA) SI POHON AJAIB (THE MIRACLE TREE) VARIETAS MADURA OLEH TEAM DOSEN UNIVERSITAS
NEGERI MALANG (UM) DIBANJIRI RATUSAN WARGA SUMENEP
By
Abdurrahman Arraushany*
Sumenep (26/8/2018).
Pulau Madura kembali membuktikan
kehebatannya. Bagaimana tidak. Pulau yang sebelumnya hanya dikenal sebagai Pulau
Garam, Pulau Sapi, dan Pulau penghasil “Emas Hijau” (baca: tembakau), kini dan
di masa yang akan datang sangat mungkin bisa dianugerahi sebutan baru yang
cukup bergengsi: THE MIRACLE ISLAND alias PULAU AJAIB.
Mengapa begitu? Sebab
di pulau yang terkenal ‘hot’ karena
temperatur yang cukup tinggi dengan curah hujan yang rendah (bulan hujan 4-5
bulan saja dalam setahun) ternyata juga menjadi habitat yang sangat cocok bagi tumbuh-kembang
tanaman Marongghi atau Kelor, Si Pohon Ajaib (The Miracle Tree). Fakta tersebut diungkap oleh dosen Universitas
Negeri Malang (UM) Jatim, Dr.Hendra Susanto, SPd, M.Kes, Ph.D pada Ahad malam,
Tanggal 25 Agustus 2018. Beliau menyatakan,
“Di Madura tanaman kelor sangat mudah dijumpai. Dan telah menjadi bagian dari
kehidupan warga baik untuk pangan (food),
pakan (feed) dan juga obat. Khasiat
dan kehebatan tanaman kelor ini sudah dibuktikan melalui riset para peneliti baik
di dalam dan luar negeri, di mana secara empiris maupun klinis tanaman yang berasal
dari Pegunungan Himalaya (India, Pakistan, Bangladesh dan Afganistan) terbukti
mampu menyembuhkan lebih dari 300 jenis penyakit pada manusia dan hewan ternak. Dan yang sangat menggembirakan bagi kita
semua bahwa berdasar hasil uji laboratorium di instansi kami beberapa tahun
terakhir ini membuktikan bahwa kelor terbaik yang ada di wilayah Nusantara adalah
kelor yang berasal dari Pulau Madura, khususnya di Desa Lenteng Timur Kecamatan
Lenteng Kabupaten Sumenep.”
“Betul. Tanaman yang
sudah lama dibudidaya warga Madura tersebut sudah menyatu dengan kehidupan
masyarakat. Namun saya sendiri ragu bahwa khasiat, guna dan manfaat luar biasa
dari tanaman kelor ini sudah diketahui banyak orang. Termasuk oleh masyarakat di
Madura sendiri. Untuk itu, atas dorongan moral sebagai bagian dari civitas
akademika yang wajib melaksanakan tri dharma perguruan tinggi (pengajaran,
riset/penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) maka pada malam hari ini kami
team dosen dari Universitas Negeri Malang (UM) melakukan sosialisasi tentang
kelor, khususnya kelor varietas Madura,” imbuhnya.
Benarkah mutu
kelor dari Madura lebih rendah dibanding kelor dari daerah lain? Beliau mencoba
meluruskan anggapan yang beredar di masyarakat. Dosen dari Fakultas MIPA UM yang lulus S1 dari
Pendidikan Biologi UM (2004) dan Magister Biomedik Universitas Brawijaya Malang
(2007) yang menjadi ketua Team Sosialisasi dan termasuk putera daerah asli Sumenep
pun memberi jawaban tegas, “Tidak benar. Saya ulangi, bahwa tidak benar jika
ada pihak-pihak tertentu yang mengatakan bahwa produk olahan kelor yang berasal
dari Pulau Madura mengandung logam berat sehingga tidak laik konsumsi dan bisa membahayakan
kesehatan konsumen. Jika ada yang terus menebar opini negatif tentang kualitas
kelor Madura maka kami sarankan agar berkenan menghentikan upaya tersebut dan
bersedia mendiskusikan lebih lanjut dengan para peneliti di UM Malang!”
Di beberapa
daerah di Indonesia, tanaman hebat ini memiliki sebutan berbeda, di antaranya: Murong (Aceh), Kerol (Buru), Moltong
(Flores), Kelo (Gorontalo), Kawona (Sumba) dan Ongge (Bima). Bagaimana dengan khasiatnya? Tentu saja sama. Yakni sama-sama
maknyusss. Seperti apa hebatnya tanaman kelor ini?
Dr.Hendra menyampaikan, “Daun Kelor mengandung gizi dan nutrisi yang sungguh luar
biasa, di antaranya: mengandung vitamin C sebanyak 7 kali lipat dari buah jeruk,
Kalsiumnya 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan susu, potassiumnya 3 kali
lipat daripada pisang, asam amino essensial di dalamnya juga lebih banyak
daripada protein dalam susu, serta vitamin A-nya lebih baik dari wortel. Di samping itu, batang, kulit batang, dan akar
juga terbukti mampu mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit seperti kencing
manis (diabetus millitus), sariawan,
kanker, hepatitis, meningkatkan kinerja otak, meredakan gejala rematik,
mencegah osteoporosis, mengobati rabun senja, penyakit jantung, meluruhkan batu
ginjal, obat tetes mata, menurunkan demam dan panas pada anak-anak, mengatasi
sembelit, mengobati biduran, obat cacingan, mengatasi eksim, mencerahkan kulit,
menyuburkan rambut dan bergudang-gudang khasiat dan manfaat positif lainnya,” Tambahnya.
Nah, dari sini tak
heran kan jika Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Kelor (Sunda) atau Marongghi
(Madura dan Manado) sebagai tanaman ajaib alias the miracle tree?!
Sebelumnya, Dr.Sunaryono,
SPd, M.Si selaku pemandu acara “Pelatihan Budidaya Kelor Varietas Madura Di
Kabupaten Sumenep,” juga menyampaikan bahwa tanaman kelor di beberapa daerah di
Nusantara telah dijadikan sebagai pangan (food),
pakan (feed) dan obat. Acara sosialisasi tersebut sedianya dihadiri oleh 4
dosen UM, namun karena satu dosen berhalangan hadir maka akhirnya dihadiri oleh
3 dosen UM. Acara terlaksana sebagai wujud Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)
Universitas Negeri Malang. Untuk optimasi pelaksanaan usaha dan bisnis tanaman
kelor di Madura ke depan maka Team Dosen UM tersebut menggandeng PT Alami Moringa
Plantation. Untuk menarik minat peserta,
acara yang berlangsung Pukul 18.30 wib hingga Pukul 23.00 wib sengaja ditempatkan
di Sekretariat Paguyuban Petani Laskar Jokotole mengambil tema, “Kelor
varietas Madura sebagai sumber pangan hayati dan biomaterials terbaharukan dan
upaya penanggulangan kasus rawan pangan, gizi buruk dan inovasi advance
biomaterials Engineering.” Antusiasme warga pun terbukti. Acara
keren tersebut mampu menyedot lebih dari 130 orang warga Madura terutama dari
Desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep untuk hadir dari awal hingga
acara berakhir.
Adalah fakta
bahwa tanaman kelor sudah lama ada dalam kehidupan warga Madura. Tanaman yang
masuk jenis leguminosa ini biasanya sengaja ditanam warga untuk dijadikan
tanaman pagar dan atau tanaman rambatan untuk budidaya tanaman Cabe Jamu/Cabe
Jawa (Piper retrofractum Vahl). Adapun pemanfaatan lainnya dari tanaman kelor
adalah untuk dijadikan sayuran (daun dan buah muda) guna memenuhi asupan gizi warga
sehingga terhindar dari aneka penyakit, serta sebagai pakan untuk memenuhi
kebutuhan pakan dan nutrisi ternak terutama fase bunting dan menyusui.
Pada kesempatan
kedua, Dr.Achmad Taufiq, SPd, M.Si yang juga turut hadir dalam acara tersebut juga
memberikan informasi berharga tentang tanaman kelor khususnya kelor varietas
Madura. Beliau menginformasikan, “Ada dua varietas kelor di Pulau Madura, yakni
Kelor Merah dan Kelor Biruh Daun (Bahasa Madura)
atau Kelor Hijau. Dan dua-duanya sangat luar biasa. Hasil uji lab kami
membuktikan bahwa tanaman kelor Varietas Madura sangat tinggi protein (Kelor
Merah mengandung Protein Kasar [PK] 29,72%, sedang Kelor Hijau mengandung PK 32,87%),
rendah lemak dan juga tinggi karbohidrat. Karena tinggi karbohidrat maka kalau
kita makan sayur kelor kenyangnya lama.”
“Coba
perhatikan!” Kata beliau sambil menunjukkan slide materi yang berisi data riset
tentang kelor varietas NTT. “Dari data tersebut nampak bahwa Kelor Merah dan Kelor
Hijau Varietas NTT kandungan PK-nya sebesar 23,68% dan 27,02%. Sedangkan kelor
varietas Madur PK-nya 29,72% dan 32,87%. Pertanyaannya, bagus mana kelor Madura
dan kelor NTT?” tanya beliau yang kemudian dijawab peserta secara serentak, “Langkung mapan Marongghi dari Medhureh!”
Dr. Taufiq yang berasal
dari Situbondo namun kakek moyangnya berasal dari Aengpanas Sumenep tersebut menambahkan,
“Meski kelor ini nilai nutrisinya luar biasa, tetap ya kalau kita makan jangan
hanya makan daun kelor saja. Jangan makan daun marongghi saja. Namun perlu juga
dipadukan dengan bahan pangan lainnya seperti sumber karbohidrat (misal nasi
beras atau jagung), protein nabati (seperti kacang panjang, otok karpes/kacang
tunggak), protein hewani (di antaranya: daging, telor dan susu) dan juga
lainnya. Supaya apa? Agar ngga ada yang mengira kita ini kambing!” Pernyataan beliau kemudian diiringi gemuruh tawa
ratusan peserta yang hadir sehingga suasana yang sempat silent akhirnya hidup kembali.
Bagaimana dengan
potensi pasar produk daun segar (fresh
leaf) dan produk olahan dari tanaman kelor? Saiful Romadon, SPd yang berasal dari Sampang dan
merupakan bagian dari Team Marketing PT Alami Moringa Plantation memberikan
jawabannya.
Pada kesempatan
tersebut beliau membeberkan potensi pasar yang sangat menggiurkan dari daun
kelor segar dan produk olahannya. “Lebih dari 19 juta warga Indonesia hari ini
masih menderita kelaparan dan jutaan bayi di Indonesia mengalami kurang gizi. Oleh
karena itu, kami optimis bahwa berapaun produksi daun segar dan produk olahan
kelor di dalam negeri pasti akan terserap.”
Bagaimana dengan
pasar luar negeri? Ternyata permintaan konsumen luar negeri akan daun segar
daun kering, dan aneka produk olahan tanaman kelor juga tidak boleh dianggap
remeh. “Selain pangsa pasar dalam negeri, kami juga sudah mencoba menembus
pasar luar negeri terutama ke Taiwan, Hongkong, Eropa dan Timur Tengah. Nah, saat
ini, sudah ada permintaan ke kami sebesar 40 ton serbuk daun kelor kering setiap
bulannya untuk pasar Timur Tengah saja. Untuk apa mereka mengimpor serbuk kelor
dari kita? Mereka kaya dan telah sadar gizi. Maka mereka menggunakan kelor yang
kaya gizi dan rendah lemak untuk dijadikan sebagai bahan baku pakan ternak yang
super sehat. Pertanyaannya kemudian, dari mana kami mendapat pasokan bahan
baku? Terus terang kami belum sanggup untuk menggarapnya sendirian. Oleh karena
itu, mari kita bersinergi. Mari kita bekerjasama untuk menangkap peluang yang
sangat menggiurkan tersebut.”
Sebelum sesi
tanya jawab dibuka oleh pemandu acara, kesempatan bicara diberikan kepada Waris,
Putera Haji Nurdi, seorang pengusaha yang bergerak di bidang olahan kelor dari Sentra
Pengolahan Daun Kelor dan Kopi Racik Cabe Jamu. Waris menyampaikan, “Di bawah
bendera CV Nurul Jannah yang beralamat di Jalan Raya Pamekasan Sumenep KM 18
Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep bapak saya, Haji
Nurdi, mengajak warga sekitar rumah untuk sama-sama menanam kelor dan
mengolahnya menjadi aneka produk untuk mendulang untung bersama dari budidaya
tanaman kelor.”
Berapa harga
beli dari petani dan harga jual produk olahan ke konsumen? Waris memberikan
bocoran jawabannya. “Kami membeli daun dan tangkai segar kelor di tingkat
petani seharga Rp.2000,- per kg. Murah? Kelihatannya murah. Namun silahkan
dihitung jika di lahan dan atau di pematang lahan Bapak dan Ibu ditanami kelor
dan setiap kali panen mampu menghasilkan sebanyak 250 kg kelor segar. Berapa penghasilan
yang bisa didapat? Yup, Rp.500 ribu!!! Berapa penghasilan Bapak dan Ibu jika
luas areal penanaman kelor secara intensif seluas 10 hektar? Belum lagi
penghasilan lain dari usaha yang bisa disinergikan dengan pohon kelor ini
seperti menanam cabe jamu, lada dan atau vanili. Apakah potensi fulus maknyuss ini akan kita sia-siakan?”
“Berapa harga
jual produk di kami? Untuk kapsul serbuk daun kelor satu botol isi 60 kapsul
kami bandrol dengan harga Rp.50.000,- Sedangkan teh daun kelor dengan berat 15
gram dibandrol dengan harga Rp.20-25 rb per pcs. Menggiurkan kan potensi money-nya?”
Mungkin di antara
Anda ada yang penasaran terkait berapa banyak jumlah daun kelor segar yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg serbuk daun kelor kering? Ada yang sudah
tahu jawabannya? Ada yang mau tau jawabannya? Waris pun tak segan membocorkan
jawabannya, “Bahwa untuk menghasilkan 1 kg daun kering, dibutuhkan setidaknya 6
kg daun kelor segar.”
Sekarang kebayang
kan di benak Anda, berapa kg jumlah daun kelor segar yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 40 ton daun kering untuk memenuhi kebutuhan pasar Timur Tengah
untuk pakan ternak sehat? Berapa kah jumlah pohon kelor yang harus ditanam
untuk memenuhi kebutuhan tersebut?”
Abdurrahman, peserta
yang berasal dari CV Midasi Jaya Bersama-Pamekasan yang ikut hadir pada acara
tersebut angkat bicara memberikan beberapa pertanyaan dan masukan bagi team
dosen dan peserta yang hadir. “Kami datang jauh-jauh dari Pamekasan ke Sumenep
berharap mendapat inspirasi dan motivasi tentang usaha dan bisnis baru di
bidang tanaman pangan dan pakan ternak. Dan alhamdulillah
malam ini, di tempat ini, kami benar-benar bersyukur. Sebab, kami mendapatkan
apa yang kami mau dan kami inginkan. Namun, kalau diijinkan memberi masukan
kepada bapak-bapak dosen dan panitia acara ini, alangkah baiknya jika segera dibuat
dan disampaikan ke kami berkaitan dengan
Standard Operational Procedure (SOP) terkait usaha dan bisnis tanaman kelor
ini, baik terkait teknik budidayanya, teknik pemanenannya hingga teknik pengolahan
dan pemasaran produk dari tanaman kelor ini.
Untuk apa SOP dibuat? Jelas, agar kita semua yang tertarik dengan
tanaman kelor ini bisa memastikan produk yang kita hasilkan memenuhi mutu yang
ditetapkan perusahaan. Juga yang terpenting, produk yang dijual perusahaan,
yang salah satunya berasal dari kami, mutunya senantiasa terjamin sepanjang
waktu sehingga konsumen end-user
merasa puas dan bersedia menjadi alat promosi hebat dalam pemasaran produk dan
jasa: M2M alias mouth to mouth atau
mulut ke mulut.”
“Kami di Pamekasan,
insyaallah, juga sedang mengaktivasi para
peternak-petani yang bergabung dalam Himpunan Peternak Domba dan Kambing
Indonesia (HPDKI) DPC Pamekasan untuk senantiasa menanam Hijauan Pakan Ternak
(HPT) Unggul seperti Legum Indigofera dan Legum Kelor.” Pada kesempatan
tersebut beliau kemudian meminta doa dari peserta yang hadir agar impian
bersama mitra bisnisnya bisa diwujudkan segera, “Mohon kesediaan Panjenengan semua agar kami yang di
Pamekasan bisa merealisasi impian kami tahun ini menanam 10 hektar HPT unggul
dari jenis graminae/rerumputan, leguminosa/kacang-kacangan dan dedaunan. Dan 3
dari 10 hektar yang akan kami tanami kami khususkan untuk menanam tanaman kelor.
Sisanya untuk tanam Mengkudu si buah ajaib dan aneka jenis tanaman pakan domba
dan kambing lainnya.”
Abdurrahman juga
menanggapi pernyataan Dr.Hendra terkait beberapa pihak yang sengaja melakukan black campaign terkait dengan kelor
Madura. Beliau menyatakan, “Terkait dengan pihak yang menjelek-jelekkan kelor
dari Madura, kami akui memang ada. Dan kami pun mengalaminya sendiri ketika
lebaran kemarin berkesempatan bertemu dengan pihak yang dikenal masyarakat luas
sebagai produsen kelor di Indonesia. Mengapa beliau melakukan kampanye negatif
terkait dengan kelor Madura? Apakah karena kompetisi bisnis? Apakah beliau
ingin sukses dan bahagia sendirian tanpa mengajak penduduk Indonesia yang lain?”
Setelah menghentikan pertanyaan retorisnya, beliau kembali melanjutkan, “Sikap tidak
fair (not fair play) dalam bisnis tersebut
tentu memberi pengajaran kepada kita agar kita mampu menjadi pengusaha tangguh
dan sukses di masa mendatang. Apa pengajarannya? Di antaranyaa: Silahkan Anda naik
meraih kesuksesan, namun ngga perlu Anda menginjak dan menyikut kawan dan lawan.
Jika mampu, silahkan Anda bersinar terang menyinari dunia dengan kehebatan
Anda, namun tolong jangan tutup cahaya kawan dan lawan Anda sehingga objek yang
dijelek-jelekkan untuk sementara waktu menjadi terlihat gelap di mata
masyarakat. Sebab, yakinlah suatu saat kebenaran pasti akan datang dan
kebathilan serta kedzaliman pasti akan kalah dan sirna.”
Sebagai penutup,
Dr.Sunaryono, SPd, M.Si mengajak kepada peserta yang hadir untuk segera action melakukan penanaman kelor. “Mari
bersegera menanam kelor si Pohon Ajaib. Jadikan usaha tersebut untuk meraih
harta, tahta, kata dan cinta sebagai modal untuk berbagi kepada sesama yang
menghantar kita kepada kemuliaan. Ingat ya
Bapak/Ibu, seribu langkah perjalanan kita dimulai dari langkah pertama. Sesuatu
yang besar dimulai dari yang kecil. Pohon beringin yang tumbuh menjulang,
berasal dari benih yang sangat kecil. Oleh karena itu, mari kita dengan sabar
menjalani prosesnya. Sedikit demi sedikit, jika kita konsisten menanam,
insyaallah akan menjadi menjadi bukit juga.”
Beliau pun
mengingatkan peserta tentang quote
Bob Sadino yang sangat luar biasa tentang perlunya segera action dalam bisnis, “Mari
kita segera bergerak. Sebab, bisnis yang baik itu adalah bisnis yang
dikerjakan, dievaluasi dan di-follow-up-i,
bukan hanya bisnis yang ditanyakan terus tiada henti.”
Semoga harapan
team dosen UM Malang tersebut bisa segera mewujud menjadi nyata. Aamiin.
Ayo generasi
muda Madura dan Indonesia, kalian pasti bisa!!!
--------- -------
Sebagai tambahan info, acara study lapangan dilaksanakan Hari Ahad
Tanggal 26 Agustus 2018 di CV Nurul Jannah, Sentra Pengolahan Daun Kelor
dan Kopi Racik Cabe Jamu, Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto
Kab.Sumenep
==========
*Abdurrahman
Arraushany, nama pena dari Abdul Rohman, SPt; PNS yang mengampu Jabatan Fungsional Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak Ahli) Muda Di UPT Pembibitan Ternak dan
Kesehatan Hewan Madura Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dan Ketua HPDKI DPC
Pamekasan Periode 2018-2023 M. Beliau turut hadir dalam acara tersebut.
NB
Bagi yang
membutuhkan materi power point acara dimaksud bisa menghubungi WA 0813 2231
3395