Senin, 06 Januari 2014

Swasembada Daging Sapi Bisa Diwujudkan!!!

HTI Press. Terbongkarnya suap impor daging sapi sungguh menjadi ironi di tengah rencana pemerintah dalam Blue Printnya yang mentargetkan pencapaian swasembada daging sapi di tahun 2014. Kebijakan impor saat ini hanya menguntungkan para kapitalis dan setiap kebijakan diambil selalu mendasarkan kepada kepentingan kapitalisme liberal (free market policy) sehingga yang terjadi justru menyengsarakan rakyat.

Hal itu terungkap dalam acara diskusi terbatas expert forum yang berlangsung di meeting room business IPB Convention Hotel, Jumat (8/2/2013). Acara tersebut dihadiri para pakar di bidangnya antara lain Prof. Kusumo Dwyanto (Peneliti Utama Puslitbang  Peternakan Balitbang Kementan RI), Prof. Ahmad Sulaeman (Pakar Keamanan Pangan dan Gizi sekaligus Wakil Dekan FEMA IPB), Prof. Muladno (Guru Besar Fakultas Peternakan IPB), Dr. Arief Daryanto (Direktur Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB), Dr. Epi Taufik (Dosen Fakultas Peternakan IPB).

Pembicara Prof. Kusumo dari Puslitbang Peternakan Kementerian Pertanian RI mengungkapkan tentang keoptimisannya bahwa program swasembada daging berkelanjutan dapat dilakukan. dalam menyukseskan program tersebut, diperlukan dukungan teknologi inovatif serta memperhatikan aspek ekonomi, sosial, budaya dan kultur masyarakat. Selanjutnya diperlukan instrumen atau kebijakan yang kondusif, antara lain menjaga harga sapi lokal tetap atraktif dan peternak dapat memasarkan sapinya dengan mudah dan efektif. Ujarnya.

Lebih lanjut beliau memaparkan bahwa  fokus pada koridor Bali dan Nusa Tenggara dalam MP3EI bisa dijadikan basis untuk swasembada sapi  yakni dengan Kebijakan penyelamatan sapi betina produktif yang harus dimulai dari hulunya, yaitu pada tingkat peternak, selain itu pemotongan sapi betina produktif dapat dihambat bila kesadaran seluruh pemangku kepentingan mulai dari peternak, pedagang, konsumen sampai pada petugas dapat ditingkatkan. Namun kenyataannya ternyata sampai saat ini masih sulit diimplementasikan. Jelasnya.

Sementara itu, pembicara Dr. Epi Taufik, dari Lajnah Intelektual HTI dan Dosen Peternakan IPB menjabarkan tentang Fakta dan Problematika Seputar Swasembada Daging. Menurutnya, beberapa problem yang ada saat ini adalah masalah distribusi pangan termasuk daging yang dikuasai oleh pemilik stok pangan terbesar, yaitu korporasi swasta. Negara (BUMN) belum masuk pada produksi dan distribusi daging. Selain itu masalah kepemilikan lahan, tingginya biaya transportasi yang menyebabkan kalah bersaing dengan produk impor dan ditambah dengan pengawasan dan tindakan sanksi terhadap penimbunan produk yang tidak efektif menjadi problem peternakan. Karena itu perlu ada rekonstruksi kebijakan yg terkait  dengan pemenuhan kebutuhan pokok, pertanahan dan distribusi barang dan jasa.

Dengan demikian walaupun masih terdapat masalah pada tataran teknis, SDM, manajemen dan kinerja, tetapi problem utama yg terjadi saat ini lebih bermura kepada kebijakan pemerintah yang sangat bergantung dan dipengaruhi sistem ekonomi-politik yang diterapkan atau tataran sistemik ideologis yakni kapitalisme liberal, maka penyelesaiannya pun harus sistemik ideologis.
Dalam hal ini Islam telah mengatur seluruh kehidupan. Lebih lanjut ia memaparkan Sistem Islam menunjukkan dengan tegas pengaturan/kebijakan yang muncul darinya, dan secara sistemik-ideologis lebih menjamin terciptanya kesejahteraan lahir batin bagi semua lapisan masyarakat/warga negara. Terbukti saat digunakan di era masa ke-khalifahan. Ungkapnya.

Adapun pembicara Prof.Muladno mengatakan bahwa kita perlu menerapkan Animal culture yakni ternak akan tumbuh baik jika dicintai peternak. Namun kenyataannya saat ini pemerintah membiarkan 6,4 juta peternak, program bantuan yang digulirkan dengan pemberian uang,  mati atau hidupnya dibiarkan/terserah. Karena itu perlu ada kebijakan yang peduli kepada rakyat (pro rakyat) sehingga bisa menggerakkan rakyat agar swasembada daging sapi bisa terwujud. Ujarnya.
Pembicara Dr. Arief Daryanto mengungkapkan Langkah strategis menuju swasembada daging tidak hanya melalui strategi pengembangan sentra perbibitan dan penggemukan; revitalisasi kelembagaan dan SDM fungsional di lapangan, dukungan sarana dan prasarana maupun langkah-langkah operasional. Pencapaian swasembada daging perlu kebijakan yang lebih komprehensif melalui pendekatan rural development/productivity dan pendekatan direct and immediate access to food.imbuhnya.

Selanjutnya menurut Prof. Ahmad Sulaeman fakta yang terlihat dari hasil surveinya terhadap sekitar 225 produk pertanian yang dijual di supermarket, 60-80 persen adalah produk impor. Untuk produk daging, data menunjukkan 40 persennya juga merupakan hasil impor. Selain itu menurut hasil penelitiannya menunjukkan kandungan gizi dan sifat sensori dari sapi-sapi asli Indonesia, termasuk kerbau, lebih baik daripada daging sapi impor. produk daging yang diimpor terdapat risiko kemungkinan mengandung penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia, misalnya, sapi gila, antraks, dan flu burung. Risiko daging dari produk impor mengandung penyakit tersebut sangat dimungkinkan mengingat pola pemeliharaan yang telah menyalahi kodrat dari binatang itu sendiri.

Di akhir acara para pakar menyimpulkan bahwa swasembada daging sapi bisa diwujudkan, apabila didukung kebijakan yang mempedulikan kepentingan rakyat.

(Sumber: http://m.hizbut-tahrir.or.id/2013/02/11/swasembada-daging-sapi-bisa-diwujudkan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar